Beberapa hari lalu ada seorang teman di BBM yang memasang DP pose masa
kuliah dulu. Saya lupa-lupa ingat ( malah tidak ingat sekali ternyata ) foto
itu diambil ketika sedang ada kegiatan apa. Yang jelas banyak dari kami ada di
gambar DP tersebut. It’s fine, tidak
masalah. Tapi yang jadi masalah menurut saya adalah status yang bersangkutan
beberapa detik kemudian, “Kau mantan terindahku..”
So, kenapa harus bermasalah? Ya karena dari sekian banyak laki-laki di
DP itu, Cuma saya yang pernah menjalin ikatan dengan ‘dia’… hehehe… [ ketahuan
nich…. ]
Ya ampun, selama ini masih juga dikenang-kenang. 15 tahun lebih, hubungan
yang seingat saya cuma sekitar 3 bulan, mungkin kurang malah. Bukankah dia
sesudah itu pernah menjalin hubungan dengan beberapa orang. Lalu kenapa musti
saya?
Lalu kenapa saya juga musti ribut? Bukan ribut sebenarnya, hanya
merasa sedikit terganggu saja. karena terus terang kejadiannya bukan hanya
tentang depe ini saja. Ada beberapa kali peristiwa yang hampir sejenis. Pernah
dulu by SMS, mungkin karena saya agak cuek berhenti dengan sendirinya. pernah
juga lewat Facebook, kalo yang ini saya blokir [ hehehe ]. Nah sekarang via BBM…
dan dari beberapa teman juga, saya sedikit tahu tentang kondisi yang
sebenarnya. Dan saya hanya bisa mendoakan dia…
Saya jadi ingat beberapa tahun lalu pernah membaca sebuah buku yang (
maaf judulnya lupa ) pada salah satu bab-nya menceritakan tentang cara unik
suku di Afrika ketika berburu monyet/kera. Mereka berburu bukan dengan panah,
bukan dengan tombak, bukan pula dengan senapan. Mereka berburu tidak dengan
alat-alat tadi. Karena kalau dengan alat tersebut, hewan buruan mereka akan
sangat mungkin tertangkap dalam kondisi mati. Jika itu yang terjadi, maka harga
jual hewan buruan mereka akan jauh lebih murah dibanding jika hewan buruan
tersebut masih dalam keadaan hidup. Lalu dengan cara apa mereka melakukannya?
Mereka berburu hanya dengan umpan beberapa butir kacang. Kacang? Iya bener
kacang.
Caranya cukup sederhana sekali. Dengan perangkat tambahan yang berupa
toples yang bermulut sempit. Toples tadi ditanam terlebih dahulu ke dalam tanah
dan dipastikan kalau si toples tidak mungkin tertarik keluar dengan mudah.
Selanjutnya, beberapa butir kacang dimasukkan ke dalam toples tadi. Diberi
sedikit aroma, dan si pemburu hanya tinggal menunggu si monyet terjebak perangkap.
Prosesnya seperti ini, ketika si monyet melihat beberapa butir kacang di dalam
toples, mereka akan berusaha mengambilnya. Tapi tangan mereka yang menggenggam
kacang sangat tidak dimungkinkan untuk bisa lepas dari toples. Jadi sang
pemburu tinggal berjalan saja kemudian melemparkan jala ke arah si monyet. Dan
si monyet pun tertangkap hidup-hidup.
Terus apa hubungannya Depe mantan sama cerita nangkap monyet?
Ya dihubung-hubungkan saja. Begini penggambarannya, anggap saja
‘kacang’ adalah masa lalu. Lalu ‘monyet’ adalah diri kita. Yups, yang cerdas
pasti langsung nemu hubungannya. Seandainya saja si monyet mau melepaskan
kacang yang digenggamnya, pasti dia bisa lari menghindari jeratan jala sang
pemburu. Demikian juga halnya dengan kita. Seberapa kuat sebenarnya kita
menggenggam masa lalu kita, itu yang akan menentukan bisa tidak kita lari dari
toples kecil kita.
Semuanya kembali pada kita. Keikhlasan kita untuk melepas masa lalu,
menjadikan kenangan hanyalah sekedar kenangan, tidak lebih.
Namun sekali lagi semua memang kembali ke individu masing-masing.
Seberapa ingin kita mempertahankan ‘kacang’ kita, selama itu pula kita akan
terjebak dalam toples yang mungkin seiring waktu akan terlalu berat untuk
diangkat.
Tapi mungkin itulah sebenarnya diri kita. Kita mungkin saja masih
bersikap seperti seekor monyet dalam cerita di atas. Kita terus menggenggam
erat sesuatu hal yang sangat kecil. Tapi dari hal kecil itu akhirnya kita terpaksa
harus membawa ‘toples’ di tangan kita kemana-mana.
Sahabatku, teman-temanku, mungkin juga mantan pacarku [ :-p ]
mudah-mudahan kita bukanlah seekor monyet bodoh yang terjebak di toples hanya
karena mempertahankan sebutir kecil kacang. Semoga kita bisa dengan ikhlas
melepas segala tetek bengek ‘kacang’ yang menganjal dalam hati kita, sehingga
kita bisa mampu melangkah bebas dan ringan tanpa perlu membawa ‘toples’ yang
mengatas namakan kenangan, masalah, dendam, atau hal lain yang sejenis dengan
hal-hal tersebut.
Teman-temanku, sahabatku, ayo lepaskan ‘kacang’nya dan berlarilah…!!
#ayo Eb, lari yang kencang…!!! hhehehe…
0 komentar:
Posting Komentar