Aku, dan apa yang ada di sekitarku...

Senin, 17 Maret 2014

Posted by ashidqy hayun on 11.46 in | No comments
sholehah
Mereka yang biasa hidup dalam kemewahan dan kemegahan dunia seringkali merasa sulit untuk berpisah dengannya. Namun bagi Fathimah binti Abdul Malik yang didik dengan landasan Islam yang kuat, kemewahan dan kemegahan dunia tak ubahnya sesuatu yang tidak berharga sehingga dengan mudahnya ia mengenyahkan kemewahan dan kemegahan dunia itu dari hatinya. Padahal sejak kecil ia terbiasa hidup dalam kemewahan karena ayahnya, Abdul Malik bin Marwan adalah seorang khalifah.       Kezuhudan terhadap dunia terbukti ketika ia menikah dengan Umar bi Abdul Aziz, seorang khalifah yang terkenal kesederhanaannya. Saat menikah dengan Fathimah, Umar bin Abdul Aziz belum diangkat sebagai khalifah.
Beberapa waktu kemudian Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah. Sejak saat itu kehidupan Fathimah berubah total. Sesudah Umar bin Abdul Aziz dilantik sebagai khalifah, ia memanggil istrinya seraya berkata, “Wahai istriku sayang, aku ingin engkau memilih satu diantara dua hal.
” Hal apa yang harus kupilih, wahai suamiku ?” balas Fathimah.
 “Pilihlah antara perhiasan yang kau pakai atau aku, Umar bin Abdul Aziz sebagai pendampingmu,” tegas Umar.
“Demi Allah, aku memilih pendamping yang mulia, yaitu engkau wahai suamiku. Ambilah seluruh perhiasan ini.” Jawab Fathimah kepada suaminya.
Tanpa ragu, Fathimah menyerahkan seluruh perhiasannya untuk diserahkan ke Baitul Maal. Demi menaati perintah suaminya. Tak hanya perhiasan milik dirinya, ia pun merelakan harta suaminya diserahkan ke Baitul Maal. Saat awal memerintah, Umar bin Abdul Aziz memiliki kuda-kuda tunggangan minyak wangi serta perhiasan. Sesudah menjabat khalifah semua kekayaan ia jual sehingga terkumpul 23 ribu dirham dan langsung diserahkan ke Baitul Maal. Fathimah tidak mengeluh ketika kemudian sebagai konsekuensinya ia dan keluarganya harus memakan roti dengan sedikit garam. Kondisi kesederhanaan ini dijalani Fathimah dengan ikhlas.
Dalam satu riwayat dikisahkan dari gajinya sebagai khalifah, sang suami mendapat gaji sebesar 40.000 dinar setahun. Namun Umar bin Abdul Aziz hanya mengambil 400 dinar setahun untuk ia dan keluarganya Menjelang wafatnya, Umar bin Abdul Aziz berwasiat “Aku tinggalkan untuk mereka (keluarga Umar) ketakwaan kepada Allah. Kalau mereka salih, maka Allah akan menjamin mereka. Namun, bila tidak, aku tidak akan meninggalkan apa pun yang bisa digunakan untuk bermaksiat kepada Allah.” 
 Sepeninggal suaminya, Fathimah didatangi saudara laiki-lakinya, yaitu Yazid bin Abdul Malik. “Fathimah, aku tahu kalau suamimu telah mengambil semua perhiasanmu dan memasukkannya ke Baitul Maal. Kalau engkau mau, aku bisa mengambilkannya kemabali untukmu,” ujarnya.
Mendengar itu, Fathimah menjawab dengan tegas, “Wahai Yazid, apakah engkau ingin aku mengambil kembali apa yang sudah diberikan oleh suamiku kepada Baitul Maal ? Demi Allah, aku menaatinya saat ia hidup, juga saat ia tiada.”Demikian Fathimah binti Abdul Malik menjalani hidupnya. Baginya kezuhudan terhadap dunia dan ketaatan kepada Allah adalah yang utama dibandingkan harta dunia dan isinya.
 Disadur dari : Majalah Ummi, 2008

0 komentar:

Posting Komentar

Search Our Site