Aku, dan apa yang ada di sekitarku...

Senin, 17 Maret 2014

Posted by ashidqy hayun on 11.42 in | No comments
islam-sujud
Ada seorang laki-laki yang beragama Nasrani dan biasa dipanggil dengan julukan ”Abu Ismail”, tepatnya di daerah Al Mushil. Ketia ia sedang berjalan-jalan di suatu malam, ia telah mengetahui ada seorang laki-laki sedang melaksanakan salat Tahajud di dalam rumahnya. Orang tersebut sedang membaca surat Ali Imran.
Setelah mendengar dan menghayati apa yang dibacakan orang yang salat tadi, ia hampir pingsan sampai menjerit secara histeris serta badannya gemetaran, hingga fajar telah datang keadaan tersebut dialami oleh Abu Ismail.
Ia menyatakan bertekad untuk masuk Islam pada pagi harinya, dan kemudian ia pergi ke tempat Al Misiliy secara bergegas untuk minta ijin ikut tinggal di sana bersamanya, sampai akhirnya ia diterima.
Menangis adalah kebiasaan terbaru Abu Ismail, karena menangis terus menerus, mengakibatkan melemahnya fungsi penglihatannya, kemudian dia ditanya, disuruh menceritakan mengenai ”Fatah”. Ia menangis dulu sebelum menjawabnya, lalu ia berkata, ”Tentang Al Fatah, akan saya ceritakan kepada Anda. Demi Allah, sesungguhnya ia adalah bagaikan orang suci, hatinya selalu menggantung dengan Dzat yang di atas sana, tentang keduniaan tiada tempat dihatinya”. Kemudian Abu Ismail berkata lagi, bahwa dirinya ingin sekali seperti Al Fatah, ceritanya lalu dilanjutkan, ”Pada hari raya, suatu hari saya telah bersamanya, kami kumpul bersama, saya pulang bersama dengan dia ketika orang-orang sudah bubar”.
Kabut yang telah menyilimuti kota Madinah, telah ia pandangi, pandangannya telah menerawang, lalu ia berkata sambil menangis, ”Orang-orang telah mendekatkan persembahannya. Duhai, apakah yang dapat aku persembahkan kepada-Mu wahai kekasih”.
Setelah mengucapkan kalimat demikian ia jatuh hingga pingsan, dengan segera orang yang berada disampingnya bergegas mencari air dan mengusapkan ke wajahnya. Tak lama kemudian ia telah siuman. Ia mendongakan wajahnya ke langit, ketika telah memasuki satu gang di kota Madinah, sambil berkata, ”Tentang angan-anganku, kau telah tahu segalanya, kebimbanganku dan juga kesedihanku di jalan duniawi, hingga sampai kapankah aku bertahan, wahai Kekasihku”. Lagi-lagi setelah mengucapkan kalimat tersebut dia telah jatuh pingsan, agar menjadi sadar kembali, orang yang yang berada disampingnya, mengambil air dan mengusapkan ke wajahnya. Belum begitu lama kejadian tersebut, akhirnya ia (Abu Ismail) telah meninggal dunia.

Disadur dari : Buku ”Kisah Perjalanan Orang-orang yang Bertaubat.”

0 komentar:

Posting Komentar

Search Our Site