“Panas-panas begini enaknya minum apa, ya?” Tanya Ardi dalam hati ketika pulang dari sekolah
sendirian. Eh, es buahnya mang Otoy kayaknya enak tuh!
”Mang, bikinkan segelas, ya!”
Teriak Ardi seraya menghempaskan badan gendutnya di kursi kayu. Mang Otoy menggangguk dan segera meracik
esnya.
Ardi meminum es buahnya dengan
lahap. Hmm... segar sekali! Wah,
kalau Ibu tahu pasti ia akan dimarahi karena jajan lagi sebelum makan siang. Padahal
tadi ia sudah membeli kembang gula kesukaannya, siomay, juga es limun
disekolah.
Ardi melap mulutnya yang
basah, lalu memberikan uang seribuan pada Mang Otoy.
”Makasih ya, Mang. Esnya
enak!” kata Ardi. Mang Otoy menggangguk senang. Ardi melanjutkan perjalanan
pulang. sebentar-sebentar ia menyeka keringat di keningnya.
panas begitu terik. Ardi
mempercepat langkahnya agar segera tiba di rumah. Di sebuah kelukan ia melewati
sebuah pasar kecil yang di tepinya banyak pedangan makanan. Ada bakso malang,
mpek-mpek, es krim, juga soto ayam. Perut Ardi langsung keroncongan. kenyangnya
es buah yang baru diminumnya sudah tidak terasa lagi.
Ardi meraba saku seragam
sekolahnya. Uang seribu rupiah yang tinggal satu-satunya seolah mengajaknya
untuk membeli salah satu makanan tersebut.
“Uang seribu bisa beli apa
ya?” Tanyanya dalam hati. Mata Ardi yang tidak bisa melewatkan jajanan langsung
tertumbuk pada mpek-mpek yang sedang digoreng abangnya. Aha, pasti segar segar
sekali makan mpek-mpek. Seribu rupiah cukuplah!
Mpek-mpeknya enak sekali, tapi
pedas. Keringatnya bercucuran. Ah, sayang uang sakunya tak ada lagi, kalau ada
tentu Ardi akan membeli es krim. Akhirnya ia pulang dengan kepedasan.
****
”Ardi kok tidak makan siang.
Ibu sudah masak banyak lho!” tanya Ibu ketika Ardi akan main ke luar sehabis
pulang sekolah.
”Hmm... nanti aja deh, Bu.
Ardi belum lapar,” jawabnya. Perutnya masih kenyang dengan jajanan tadi.
”Bu, minta uang dong, uang
Ardi habis nih!”
”Lho, yang Rp. 3000,- tadi
pagi mana?” tanya Ibu heran.
”Hmm... sudah habis!”
”Tidak, kalau Ibu beri pasti
kamu jajan terus, dan tidak mau makan di rumah!” Jawab ibu tegas.
”Yaaa Ibu, Ardi janji akan
makan di rumah sebentar lagi. Boleh ya?” Ardi tampak memelas.
”Bu?” Ardi terus memaksa
sambil menggoyang-goyang tangan Ibu yang sedang melap piring. Lama-lama karena
tidak tahan dirongrong, Ibu mengambil uang lima ratusan dari atas kulkas lalu
memberikannya pada Ardi.
”Ini, disimpan ya. Jangan
jajan terus, dan makan di rumah!” Tegas Ibu. Ardi ingin protes melihat uang
yang cuma Rp. 500,- itu, tapi akhirnya ia berlari keluar juga.
****
Malamnya ketika akan
mengerjakan PR perut Ardi sakit sekali. Tadi siang ia bermain sampai sore.
Setiba di rumah ibu memarahinya karena lupa pada janjinya untuk makan siang.
Tapi omelan ibu tidak didengarnya. Ardi langsung mandi, lalu nonton TV. Ia msih
juga menolak untuk makan. Tadi ia sudah jajan lagi dengan uang Rp. 500,- nya.
Nah, sekarang setelah makan
malam yang cuma sedikit, perut Ardi melilit bukan main. Tubuhnya pun terasa
hangat dan kepalanya pusing. Badan Ardi lemas sekali sehingga tidak konsentrasi
mengerjakan PR.
”Kenapa Ardi?” Tanya Ayah yang
sedang membaca koran.
”Perut Ardi sakit, Yah. Kepala
pusing.” jawabnya lesu seraya menyandarkan tubuhnya yang lemas di kursi. Ayah
meraba kening dan leher Ardi.
”Masya Allah, badanmu panas sekali? Bu, sini sebentar, Ardi sakit!”
Teriak Ayah memanggil Ibu. Ibu tergopoh-gopoh datang, lalu langsung meraba
kening Ardi.
”Panas sekali pak! Siang tadi
tidak ada keluhan apa-apa. Bagaimana ini?” Ibu ikut panik.
”Kita bawa ke dokter, Bu!”
Jawab Ayah tegas. Ardi tidak mampu berbuat apa-apa. Tubuhnya lemas sekali.
****
Sudah dua hari Ardi terbaring
di rumah sakit. Ada selang infus melalui lengannya. Rasanya tidak enak. Ia
tidak nafsu makan, mual, pusing, dan tubuhnya sakit semua. Kata dokter ia sakit
typus. Penyebabnya adalah makanan kurang bersih yang disantap Ardi ketika
jajan.
”Jajanan itu memang
kelihatannya enak, tapi kebersihannya tidak dijamin’” jelas dokter Bambang.
”Kalau kamu bisa melihat
kuman-kuman yang ada di jajanan, pasti kamu ngeri. Ada telur cacing, virus,
bakteri dan lainnya. Semua merugikan tubuh kita. Makanya lebih baik bawa bekal
dari rumah.” kata dokter Bambang lagi.
Kuman? Ardi jadi teringat
dengan lalat dan debu yangs ering hinggap di jajanan yang dibelinya, juga air
kotor tempat mencuci piring si pedagang. Iiih, kalau tahu bakal sakit begini,
Ardi tidak mau jajan sembarangan deh.
”Besok-besok Ardi bawa bekal
dari rumah ya, Bu! Tapi uang jajannya jangan dikurangin!”
”Wah dasar Ardi! Nggak mau
rugi!” Ayah mengacak rambut Ardi.
(^.^) Meutia Geumala
0 komentar:
Posting Komentar