Aku, dan apa yang ada di sekitarku...

Sabtu, 06 September 2014

Posted by ashidqy hayun on 08.20 in | No comments
METODOLOGI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM



Tulisan ini disusun guna melengkapi tugas
Mata kuliah Metodologi Pendidikan Agama Islam
 Dosen: Drs. Suluri, M. Ag

Disusun oleh:
Febri Nilawati
NIM: 26.08.3.3.003
                                            


                                   
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SURAKARTA




A.    Prinsip-Prinsip Pembelajaran PAI
 Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru sebelum melakukan proses pembelajaran, diantaranya:
1.      Berpusat Pada Peserta Didik
Peserta didik memiliki perbedaan satu sama lain, perbedaan tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek diantaranya:
a.       Perbedaan Minat dan Perhatian
Setiap individu mempunyai kecenderungan fundamental untuk berhubungan dengan sesuatu yang ada dalam lingkungannya. Apabila sesuatu itu memberikan kesenangan kepada dirinya, kemungkinan ia akan berminat terhadap sesuatu itu. Menurut Crow minat diartikan sebagai kekuatan pendorong yang menyebabkan individu memberikan perhatian kepada seseorang atau kepada aktifitas-aktifitas tertentu. Dalam kegiatan pembelajaran kalau bahan pelajaran diambil dari pusat-pusat minat peserta didik, dengan senidrinya perhatian psontan akan timbul sehingga belajar akan timbul sehingga belajar akan berlangsung dengan baik.
Agar pendidikan agama dapat berhasil dengan baik maka minat dan perhatian peserta didik tidak boleh diabaikan. Untuk itu guru agama harus mengusahakan:
1)      Agar pengajaran agama disusun sedemikian rupa, sehingga dapat ditangkap    dengan       penuh perhatian oleh anak.
2)      Agar murid mempunyai minat pada pelajaran agama, pelajaran itu harus disajikan sesedapnya bagi mereka.
b.      Perbedaan Cara Belajar
Cara belajar peserta didik dapat dikategorikan kedalam 4 cara, yaitu:
1)      Cara belajar somatik, adalah yang lebih menekankan pada aspek gerak tubuh atau belajar dengan melakukan.
2)      Cara belajar auditif, adalah cara belajar yang lebih menekankan pada aspek pendengaran.
3)      Cara belajar visual, adalah cara belajar yang lebih menekankan pada aspek penglihatan.
4)      Cara belajar intelektual, adalah cara belajar yang lebih menekankan pada aspek penalaran atau logika.
c.       Perbedaan Kecerdasan
Peserta didik mempunyai kecerdasan yang berbeda, kecerdasan yang dimaksud adalah: kecerdasan linguistik, logis matematis, spasial, musikal, kinestetis jasmani, interpersonal, intra personal dan naturalis. Agar kesemua kecerdasan dapat dikembangkan maka proses pembelajaran hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan setiap potensi kecerdasan yang dimiliki peserta didik tersebut berkembang dengan baik. Didalam pendidikan agama islam, disamping kecerdasan diatas yang lebih diutamakan adalah kecerdasan spiritual dan emosional. 

2.      Belajar dengan Melakukan
Ditinjau dari psiklogi anak, maka anak yang normal selalu bertindak seauai dengan tingkatan perkembangan umur mereka. Ia mengadakan reaksi terhadap lingkungannya, atau adanya aksi dari lingkungan maka ia melakukan kegiatan atau aktifitas. Dalam pendidikan kuno aktifitas anak tidak pernah diperhatikan karena menurut pandangan mereka anak dilahirkan tidak lain sebagai “orang dewasa dalam bentuk kecil”, ia harus diajar menurut kehendak oaring dewasa. Karena itu ia harus menerima dan mendengar apa yang diberikan dan disampaikan orang dewasa atau guru tanpa dikritik. Anak tak ubahnya seperti gelas kosong yang pasif menerima apa saja yang dituangkan kedalamnya
Pendidikan modern merombak dan mengubah pandangan diatas dan mengantikannya dengan penekanan pada kegiatan anak dalam proses pembelajaran mengajar. Anak aktif mencari sendiri dan bekerja sendiri dengan demikian anak akan lebih bertanggungjawab dan berani mengambil keputusan sehingga pengertian mengenai suatu persoalan benar-benar mereka pahami dengan baik.
Menurut pandangan psikologis setiap peserta didik hanya belajar 10% dari yang dibaca, 20% yang didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang dilihat dan didengar, 70% dari yang dikatakan dan 90% dari yang dikatakan dan dilakukan. Al-Qur’an mengemukakan ada dampak positif dari kegiatan partisipasi aktif yang disebut amal sholeh. Firma Allah SWT:
“…….kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, bagi mereka pahala yng tidak terhingga.”(QS. At-tin: 6).
Dalam pendidikan agama islam mislnya pada pelajaran ibadah sholat, sifat, anak yang suka bergerak perlu dipergunakan baik-baik dengan mengadakan dramatisasi, darmawisata atau tempat-tempat peribadatan, bersama-sama membersihkan tempat sholat, membersihkan dan menyiapkan tempat wudhu, saling menolong dalam menghafal bacaan-bacaan, latihan praktek bersama, sembahyang berjama’ah dimasjid dibawah pimpinan guru.

3.      Mengembangkan Kemampuan Sosial
Kegiatan pembelajaran tidak hanya mengoptimalkan kemampuan individual peserta didik secara internal melainkan juga mengasah kemampuan peserta didik untuk membangun hubungan dengan pihak lain. Melalui interaksi dengan teman sejawat atau dengan guru. Hubungan dengan manusia dalam agama islam disebut habl min al-nas. Interaksi memungkinkan terjadinya perbaikan terhadap pemahaman peserta didik melalui diskusi, saling bertanya dan menjelaskan. Interaksi dapat ditingkatkan dengan belajar kelompok. Penyampaian gagasan oleh peserta didik dapat mempertajam, memperdalam, memantapkan atau menyempurnakan gagasan itu karena memperoleh tanggapan dari peserta didik lain atau guru.

4.      Mengembangkan Keingintahuan
Setiap manusia tidak akan pernah diam manakala berhadapan dengan hal-hal yang baru. Manusia bersifat peka, kritis, dan kreatif terhadap hal yang baru, dan berusaha mempelajarinya sampai semua itu terjawab dan jawabannya menjadi puas. Kebutuhan rasa ingin tahu itulah yang mendorong manusia untuk mempelajari segaal sesuatu dalam hidupnya. Untuk mengembangkan keingintahuan tersebut guru dituntut untuk memenuhi kebutuhan peserta didik tersebut secara maksimal.
Usaha ini dapat dikembangkan melalui berbagai aktifitas belajar seperti: tanya jawab, diskusi, musyawarah, presenter, seminar, penelitian, praktek study tour sebagai arena menemukan jawaban-jawaban. Disinilah kesempatan memberikan jawaban-jawaban yang tepat, benar, akurat, dan memuaskan perasaan peserta didik sesuai kondisi yang dibutuhkan.
5.      Mengembangkan Fitrah Bertuhan
Manusia adalah makhluk yang berketuhanan atau makhluk yang beragama. Dalam pandangan islam, sejak di alam roh telah mempunyai komitman bahwa Allah adalah Tuhannya. Firman Allah SWT:
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
“Bukankah Aku ini Tuhanmu?”mereka menjawab:” Betul (Engkau Tuhan Kami)kami menjadi saksi.”(QS. Al-A’raf: 72).
Usaha pengembangan fitrah bertuhan di dalam ajaran agama islam sudah dimulai semenjak dalam kandungan dan berakhir setelah berpisahnya roh dengan badan. Pengembangan fitrah bertuhan ini dilaksanakan dalam segala jalur dan jenjang pendidikan baik formal, non-formal maupun in-formal.

B.     Model-Model pembelajaran
1.      Model pembelajaran tuntas dan inquiry
a.       Model pembelajaran tuntas
1)      Pengertian pembelajaran tuntas
Belajar tuntas merupakan model pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas, dengan asumsi bahwadi dalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal terhadap seluruh bahan yang dipelajari.
Berdasarkan  hal tersebut di atas, maka model belajar tuntas akan terlaksana apabila:
a)      Siswa menguasai semua bahan pelajaran yang disajikan secara penuh
b)      Bahan pengajaran dibetulkan secara sistematis
2)      Strategi belajar tuntas
Menurut Benyamin S. Bloom ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam belajar tuntas, yaitu :
a)      Menentukan unit pembelajaran (dipecah untuk setiap satu dua minggu)
b)      Merumuskan tujuan pengajaran (secara khusus dan terukur)
c)      Menentukan standar ketuntasan (patokan berupa persentase)
d)     Menyususn diagnostic test – test formatif sebagai dasar umpan balik
e)      Mempersiapkan seperangkat tugas untuk dipelajari
f)       Mempersiapkan seperangkat pengajaran korektif (bagi peserta didik yang lemah)
g)      Pelaksanaan pengajaran biasa (group based intruction)
h)      Evaluasi sumatif (apabila selesai satu unit)
Strategi belajar tuntas yang dikembangkan oleh Bloom di atas meliputi tiga bagian, yaitu (1) mengidentifikasi prakondisi, (2) mengembangkan prosedur operasional, dan (3) hasil belajar.
Strategi tersebut diimplementasikan dalam sistem pembelajaran klasikal maupun individual dengan memberikan bumbu sesuai dengan taraf kemampuan individu peserta didik berupa :
Correcive technique. Semacam pengajaran remedial, yang dilakukan dengan memberikan pengajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai oleh peserta didik, dengan prosedur dan metode yang berbeda dari sebelumnya.
Memberikan tambahan waktu kepada peserta didik yang membutuhkan (belum menguasai bahan secara tuntas).
b.      Model pembelajaran inquiry
1)      Pengertian pembelajaran inquiry
Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang dialami. Strategi inquiri memberi peluang kepada peserta didik untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Ia lebih banyak ditantang untuk mencari, melakukan dan menentukan sendiri. Ia lebih produktif, bukan reproduktif. Bukan mengulang apa yang telah disampaikan, tetapi sebisa mungkin mencari sendiri. Fokus pembelajaran adalah pada peserta didik. Adaun tugas guru dalam konteks ini adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya kegiatan pembelajaran.
2)      Strategi pelaksanaan inquiri
Ada beberapa strategi pelaksanaan inquiri:
a)      Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap materi yang akan diajarkan. Sebelum memulai pelajaran, harus dipahami dulu sejauh mana peserta didik memiliki persepsi terhadap materi tersebut. Kemudian secara bersama-sama guru dan muridmembandingkan persepsi mereka dengan berbagai pendapat atau teori yang sudah ada.
b)      Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk membaca atau menjawab pertenyaan serta pekerjaan rumah
c)      Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang mungkin membingungkan peserta didik
d)     Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta dasar yang telah mereka peserta didik dapat agar dapat dipahami sehingga guru dapat diyakinkan bahwa mereka telah memahami materi yang telah dipelajari
e)      Guru memberikan penjelasan informasi sebagai pelengkap dan ilustrasi terhadap data yang disajikan
f)       Mendidkusikan aplikasi dan makna sesuai dengan informasi tersebut
g)      Merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpilan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Sasaran akhir pola pembelajaran inquiri adalah agar peserta didik dapat merumuskan kesimpulan dengan bahasa sendir terhadap materi yang diberikan.
3)       Penilaian
Penilaian harus mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu kognitif, psikomotor dan afektif dilakukan melalui test dan non test. Hasil penilaian harus ditindaklanjuti, bagi peserta didik yang mencapai nilai di bawah rata-rata perlu dilakukan perbaikan dengan berbagai cara sesuai dengan tipe kelemahan yang dimiliki oleh peserta didik. Perbaikan bisa berupa pengayaan seperti membaca, atau memberikan tugas tambahan sesuai dengan kelebihan bakat dan minat masing-masing peserta didik.

2.      Metode Demonstrasi, Eksperimen dan Diskusi
a.       Metode Demonstrasi
Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses. Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil, peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktek adalah membuat perubahan pada rana keterampilan.
b.      Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah apabila peserta didik melakukan sesuatu percobaan setiap proses dan hasil percobaan itu diamati oleh setiap peserta didik.

Tujuan dari pemakaian metode eksperimen:
1)      Dengan metode eksperimen peserta didik dapat membuktikan sendiri hukum-hukum dan teori yang berlaku.
2)      Peserta didik dapat pula dengan usahannya sendiri memenuhi hukm-hukum baru, terutama yang berhubungan dengan hukum alam. Dengan metode eksperimen peserta didik memiliki pengetahuan, pengalaman dan pengertian yang lebih jelas.
Kekurangan –kekurangan metode eksperimen:
1)      Tidak semua bahan dapat dieksperimenkan.
2)      Peserta didik yang terlalu muda atau sedikit sekali pengalamannya, tidak akan dapat melaksanakan eksperimen secara baik.
 Keuntungan dari metode eksperimen:
1)      Menambah keaktifan peserta didik untuk berbuat dan memecahkan sendiri.
2)      Dapat melaksanakan langkah-langkah dalam cara berpikir ilmiah.
3)      Pengartian peserta didik menjadi luas.
c.       Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian/penyampaian bahan pelajaran, dimana guru memberikan kesempatan kepada peserta didik/kelompok-kelompok peserta didik untuk mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.
Bentuk-bentuk diskusi dalam kegiatan belajar mengajar
1)      the social problem meeting
Peserta didik berbincang-bincang memecahkanan masalah sosial dikelasnya atau disekolahannya dengan harapan, bahwa setiap peserta didik akan merasa terpanggil untuk mempelajari dan bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Misalnya hubungan antar peserta didik, hubungan peserta didik dengan guru dan sebagainya.


2)      the open ended meeting
Peserta didik berbincang-bincang memecahkanan masalah apa saja yang berhubungan dengan kehidupan mereka sehari-hari, dengan kehidupan mereka disekolah, dengan segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar mereka dan sebagainya.
3)      the educational diagnosis meeting
Peserta didik berbincang-bincang mengenai pelajaran di kelas dengan maksud untuk saling mengoreksi pemahaman mereka atas pelajaran yang telah diterimanya agar masing-masing anggota memperoleh yang lebih baik atau benar.
Manfaat metode diskusi
1)      Membantu murid untuk tiba kepada pangambilan keputusan yang lebih baik ketimbang ia memutuskan sendiri, karena terdapat berbagai sumbangan pikiran dari peserta lainnya yang dikemukakan dari berbagai sudut pandang.
2)      Mereka tidak terjebak kepada jalan pikirannya sendiri yang kadang-kadang salah, penuh prasangka dan sempit, karena dengan diskusi ia mempertimbangkan alasan-alasan orang lain, menerima berbagai pandangan dan secara hati-hati mengajukan pendapat dan pandangannya sendiri.
3)      Berbagai diskusi timbul dari percakapan guru dan peserta didik mengenai sesuatu kehiatan belajar yang akan mereka lakukan. Bila kelompok/kelas itu ikut serta membicarakan dengan baik, niscaya segala kegiatan belajar itu akan beroleh dukungan bersama dari seluruh kelompok/kelas sehingga dapat diharapkan hasil belajarnya akan lebih baik lagi.
4)      Diskusi kelompok/kelas memberi motivasi terhadap berfikir dan meningkatkan perhatian kelas terhadap apa-apa yang sedang mereka pelajari.
5)      Diskusi membantu mendekatkan atau mengeratkan hubungan antara kegiatan kelas dengan tingkat perhatian dan derajat pengertian dari anggota kelas.
6)      Bila dilaksanakan dengan cermat maka diskusi dapat merupakan cara belajar yang menyenangkan dan merangsang pengalaman. Karena dapat merupakan pelepasan ide-ide, uneg-uneg dan pendalaman wawasan mengenai sesuatu.
3.      Metode Sosiodrama, Mengajar Beregu dan Imlak/Dikte
a.       Metode sosiodrama
Metode sosiodrama atau bermain peranan ialah penyajian bahan dengan cara memperlihatkan peragaan, baik dalam bentuk uraian maupun kenyataan.
Metode sosiodrama digunakan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang mengandung sifat-sifat sebagai berikut:
1)            Memahami perasaan orang lain
2)            Membagi pertanggungjawaban dan memikulnya
3)            Menghargai pendapat orang lain
4)            Mengambil keputusan dalam kelompok
5)            Membantu penyesuaian diri dengan kelompok
6)            Memperbaiki hubungan sosial
7)            Mengenali nilai-nilai dan sikap-sikap
8)            Menanggulangi atau memperbaiki sikap-sikap yang salah.
Adapun kelebihan dari metode sosiodrama adalah:
1)            Untuk mwengajar peserta didik supaya ia bisa menempatkan dirinya dengan orang lain.
2)            Guru dapat melihat kenyataan yang sebenarnya dari kemampuan peserta didik
3)            Sosiodrama dan permainan peran menimbulkan diskusi yang hidup
4)            Peserta didik akan mengerti sosial psycholagis
5)            Metode sosidrama dapat menarik minat paserta didik
6)            Melatih peserta didik untuk berinisiatif dan berkreasi
Kelemahan-kelemahan/kekurangan metode sosiodrama adalah sebagai berikut:
1)            Sulit untuk memilih anak-anak yang betul-betul berwatak untuk memecahkan masalah tersebut
2)            Perbedaan adat istiadat, kebiasaan dan kehidupan dalam suatu masyarakat akan mempersulit pelaksanaannya
3)            Anak-anak yang tidak mendapat giliran akan pasif
4)            Kalau metode ini dipakainya ntk tujuan yang tidak layak
5)            Kalau guru kurang bijaksana, tujuan yang dicapai tidak memuaskan.
b.      Metode mengajar beregu (team teaching)
Team teaching ialah suatu sitem yang mengajar yang dilakukan oleh dua orang guru atau lebih dalam mengajar sejumlah peserta didik yang mempunyai perbedaan minat, kemampuan atau tingkat kelas. Guru dan team teaching menyajikan bahan pelajaran yang sama dan dalam waktu yang sma dengan tujuan yang sama pula. Karena anggota tim pengajar mempunyai perbedaan antara satu dengan yang lain, maka sekalipun bahan pelajaran yang disajikan itu sama (terutama topiknya yang sama), informasi-informasi, keterangan-keterangan, ketrampilan-ketrampilan yang disajikan adakalanya berbeda satu dengan yang lain.
Metode team teaching ini biasanya digunakan ketika:
1)            Untuk menciptakan adanya kerja sama dan saling pengertian serta memperluas wawasan pengetahuan guru
2)            Untuk melatih para peserta didik yang cocok atau pantas dijadikan sebagai kader/asisten
3)            Jumlah peserta didik terlalu banyak sedangkan guru terbatas atau sebaliknya; untuk mengusahakan pelajaran yang mantap dan efektif, karena materi atau pokok pembahasan terlalu padat.
Metode team teaching sendiri mememiliki beberapa kelebihan dan juga kelemahan, yaitu:

1)            Kelebihan;
a)      Pengetahuan pelajar tentang suatu bahan pelajaran akan lebih lengkap, sebab diberikan dan ditinjau oleh pengajar yang pandanngan-pandangannya saling melengkapi.
b)      Adanya pembagian tugas, memungkinkan bagi anggotanya untuk mendapatkan waktu yang senggang dan dimanfaatkan untuk pembinaan peserta didik lainnya.
c)      Metode ini dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan tenaga guru atau kekurangan pengetahuan guru. Orang yang bukan guru tetapi mempunyai keahlian tertentu sering dapat dimasukkan ke dalam suatu tim pengajar untuk menyajikan bahan pelajaran sesuai dengan keahliannya.
2)            kelemahan
Sukar membentuk tim yang kompak, kadang-kadang didominasi oleh guru-guru yang cakap saja dan hal ini sukar untuk dihilangkan; sangat rumit untuk mengatur organisasi kelas yang lebih fleksibel; membutuhkan fasilitas ruangan, alat dan waktu yang memadai.
c.       Metode Imla’ / Dikte
Metode Imla’ / Dikte adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menyuruh peserta didik menyalin apa-apa yang dikatakan guru.
Alat penyajian yang digunakan oleh guru dalam metode ini adalah bahasa lisan, sedangkan alat peserta didik yang terutama dalam menyalin bahan pelajaran itu ialah alat tulis serta mendengarkannya.
Kebaikan metode Imla’ :
1)            Mudah menjaga tata tertib kelas.
2)            Di samping memperoleh bahan pelajaran yang baru, para peserta didik berlatih menulis dengan cepat dan tepat.
Kelemahan metode Imla’ :
1)            Bahwa peserta didik kurang aktif, sebab ia terutama mendengar dan menyalin apa-apa yang dikemukakan guru secara lisan.
2)            Metode ini melelahkan peserta didik.


       DAFTAR PUSTAKA

Binti Maunah,  Metodologi Pengajaran Agama Islam, Teras, Yogyakarta, 2009
Hamruni,  Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009
Masitoh dan Laskmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009




0 komentar:

Posting Komentar

Search Our Site