METODOLOGI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Tulisan ini disusun guna melengkapi tugas
Mata kuliah Metodologi
Pendidikan Agama Islam
Dosen: Drs. Suluri, M. Ag
Disusun oleh:
Febri Nilawati
NIM: 26.08.3.3.003
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SURAKARTA
A.
Prinsip-Prinsip
Pembelajaran PAI
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh
guru sebelum melakukan proses pembelajaran, diantaranya:
1.
Berpusat Pada Peserta Didik
Peserta didik memiliki perbedaan satu sama
lain, perbedaan tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek diantaranya:
a.
Perbedaan
Minat dan Perhatian
Setiap individu
mempunyai kecenderungan fundamental untuk berhubungan dengan sesuatu yang ada
dalam lingkungannya. Apabila sesuatu itu memberikan kesenangan kepada dirinya,
kemungkinan ia akan berminat terhadap sesuatu itu. Menurut Crow minat diartikan sebagai kekuatan pendorong yang menyebabkan individu
memberikan perhatian kepada seseorang atau kepada aktifitas-aktifitas tertentu.
Dalam kegiatan pembelajaran kalau bahan pelajaran diambil dari pusat-pusat
minat peserta didik, dengan senidrinya perhatian psontan akan timbul sehingga
belajar akan timbul sehingga belajar akan berlangsung dengan baik.
Agar pendidikan agama dapat berhasil
dengan baik maka minat dan perhatian peserta didik tidak boleh diabaikan. Untuk
itu guru agama harus mengusahakan:
1)
Agar pengajaran agama disusun
sedemikian rupa, sehingga dapat ditangkap
dengan penuh perhatian oleh
anak.
2)
Agar murid mempunyai minat pada
pelajaran agama, pelajaran itu harus disajikan sesedapnya bagi mereka.
b.
Perbedaan Cara Belajar
Cara belajar peserta didik dapat dikategorikan kedalam 4 cara,
yaitu:
1)
Cara belajar somatik, adalah
yang lebih menekankan pada aspek gerak tubuh atau belajar dengan melakukan.
2)
Cara belajar auditif, adalah
cara belajar yang lebih menekankan pada aspek pendengaran.
3)
Cara belajar visual, adalah
cara belajar yang lebih menekankan pada aspek penglihatan.
4)
Cara belajar intelektual,
adalah cara belajar yang lebih menekankan pada aspek penalaran atau logika.
c.
Perbedaan Kecerdasan
Peserta didik mempunyai
kecerdasan yang berbeda, kecerdasan yang dimaksud adalah: kecerdasan
linguistik, logis matematis, spasial, musikal, kinestetis jasmani,
interpersonal, intra personal dan naturalis. Agar kesemua kecerdasan dapat
dikembangkan maka proses pembelajaran hendaknya dirancang sedemikian rupa
sehingga memungkinkan setiap potensi kecerdasan yang dimiliki peserta didik
tersebut berkembang dengan baik. Didalam pendidikan agama islam, disamping
kecerdasan diatas yang lebih diutamakan adalah kecerdasan spiritual dan
emosional.
2.
Belajar dengan Melakukan
Ditinjau dari psiklogi anak, maka
anak yang normal selalu bertindak seauai dengan tingkatan perkembangan umur
mereka. Ia mengadakan reaksi terhadap lingkungannya, atau adanya aksi dari
lingkungan maka ia melakukan kegiatan atau aktifitas. Dalam pendidikan kuno
aktifitas anak tidak pernah diperhatikan karena menurut pandangan mereka anak
dilahirkan tidak lain sebagai “orang dewasa dalam bentuk kecil”, ia harus
diajar menurut kehendak oaring dewasa. Karena itu ia harus menerima dan
mendengar apa yang diberikan dan disampaikan orang dewasa atau guru tanpa
dikritik. Anak tak ubahnya seperti gelas kosong yang pasif menerima apa saja
yang dituangkan kedalamnya
Pendidikan modern
merombak dan mengubah pandangan diatas dan mengantikannya dengan penekanan pada
kegiatan anak dalam proses pembelajaran mengajar. Anak aktif mencari sendiri
dan bekerja sendiri dengan demikian anak akan lebih bertanggungjawab dan berani
mengambil keputusan sehingga pengertian mengenai suatu persoalan benar-benar
mereka pahami dengan baik.
Menurut pandangan
psikologis setiap peserta didik hanya belajar 10% dari yang dibaca, 20% yang
didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang dilihat dan didengar, 70% dari
yang dikatakan dan 90% dari yang dikatakan dan dilakukan. Al-Qur’an
mengemukakan ada dampak positif dari kegiatan partisipasi aktif yang disebut
amal sholeh. Firma Allah SWT:
“…….kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, bagi mereka pahala yng
tidak terhingga.”(QS. At-tin: 6).
Dalam pendidikan agama islam mislnya pada pelajaran ibadah sholat,
sifat, anak yang suka bergerak perlu dipergunakan baik-baik dengan mengadakan
dramatisasi, darmawisata atau tempat-tempat peribadatan, bersama-sama
membersihkan tempat sholat, membersihkan dan menyiapkan tempat wudhu, saling
menolong dalam menghafal bacaan-bacaan, latihan praktek bersama, sembahyang
berjama’ah dimasjid dibawah pimpinan guru.
3.
Mengembangkan Kemampuan Sosial
Kegiatan pembelajaran tidak hanya mengoptimalkan kemampuan
individual peserta didik secara internal melainkan juga mengasah kemampuan
peserta didik untuk membangun hubungan dengan pihak lain. Melalui interaksi
dengan teman sejawat atau dengan guru. Hubungan dengan manusia dalam agama
islam disebut habl min al-nas. Interaksi memungkinkan terjadinya
perbaikan terhadap pemahaman peserta didik melalui diskusi, saling bertanya dan
menjelaskan. Interaksi dapat ditingkatkan dengan belajar kelompok. Penyampaian
gagasan oleh peserta didik dapat mempertajam, memperdalam, memantapkan atau
menyempurnakan gagasan itu karena memperoleh tanggapan dari peserta didik lain
atau guru.
4.
Mengembangkan Keingintahuan
Setiap manusia tidak akan pernah diam manakala berhadapan dengan
hal-hal yang baru. Manusia bersifat peka, kritis, dan kreatif terhadap hal yang
baru, dan berusaha mempelajarinya sampai semua itu terjawab dan jawabannya
menjadi puas. Kebutuhan rasa ingin tahu itulah yang mendorong manusia untuk
mempelajari segaal sesuatu dalam hidupnya. Untuk mengembangkan keingintahuan
tersebut guru dituntut untuk memenuhi kebutuhan peserta didik tersebut secara
maksimal.
Usaha ini dapat dikembangkan melalui berbagai aktifitas belajar
seperti: tanya jawab, diskusi, musyawarah, presenter, seminar, penelitian,
praktek study tour sebagai arena menemukan jawaban-jawaban. Disinilah
kesempatan memberikan jawaban-jawaban yang tepat, benar, akurat, dan memuaskan
perasaan peserta didik sesuai kondisi yang dibutuhkan.
5.
Mengembangkan Fitrah Bertuhan
Manusia adalah makhluk yang berketuhanan atau makhluk yang beragama.
Dalam pandangan islam, sejak di alam roh telah mempunyai komitman bahwa Allah
adalah Tuhannya. Firman Allah SWT:
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman):
“Bukankah Aku ini Tuhanmu?”mereka menjawab:” Betul (Engkau Tuhan
Kami)kami menjadi saksi.”(QS. Al-A’raf: 72).
Usaha pengembangan fitrah bertuhan di dalam ajaran agama islam sudah
dimulai semenjak dalam kandungan dan berakhir setelah berpisahnya roh dengan
badan. Pengembangan fitrah bertuhan ini dilaksanakan dalam segala jalur dan
jenjang pendidikan baik formal, non-formal maupun in-formal.
B.
Model-Model pembelajaran
1.
Model pembelajaran tuntas dan
inquiry
a. Model pembelajaran tuntas
1)
Pengertian pembelajaran tuntas
Belajar tuntas merupakan model
pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas, dengan asumsi bahwadi
dalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan
memperoleh hasil belajar secara maksimal terhadap seluruh bahan yang
dipelajari.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka model belajar
tuntas akan terlaksana apabila:
a)
Siswa menguasai semua bahan
pelajaran yang disajikan secara penuh
b)
Bahan pengajaran dibetulkan
secara sistematis
2)
Strategi belajar tuntas
Menurut Benyamin S. Bloom ada
beberapa langkah yang harus dilakukan dalam belajar tuntas, yaitu :
a)
Menentukan unit pembelajaran
(dipecah untuk setiap satu dua minggu)
b)
Merumuskan tujuan pengajaran
(secara khusus dan terukur)
c)
Menentukan standar ketuntasan
(patokan berupa persentase)
d)
Menyususn diagnostic test
– test formatif sebagai dasar umpan balik
e)
Mempersiapkan seperangkat tugas
untuk dipelajari
f)
Mempersiapkan seperangkat
pengajaran korektif (bagi peserta didik yang lemah)
g)
Pelaksanaan pengajaran biasa
(group based intruction)
h)
Evaluasi sumatif (apabila
selesai satu unit)
Strategi belajar tuntas yang
dikembangkan oleh Bloom di atas meliputi tiga bagian, yaitu (1)
mengidentifikasi prakondisi, (2) mengembangkan prosedur operasional, dan (3)
hasil belajar.
Strategi tersebut diimplementasikan
dalam sistem pembelajaran klasikal maupun individual dengan memberikan bumbu
sesuai dengan taraf kemampuan individu peserta didik berupa :
Correcive technique. Semacam pengajaran remedial, yang dilakukan dengan memberikan
pengajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai oleh peserta didik, dengan
prosedur dan metode yang berbeda dari sebelumnya.
Memberikan tambahan waktu kepada
peserta didik yang membutuhkan (belum menguasai bahan secara tuntas).
b.
Model pembelajaran inquiry
1)
Pengertian pembelajaran inquiry
Inquiry pada dasarnya adalah cara
menyadari apa yang dialami. Strategi inquiri memberi peluang kepada peserta
didik untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Ia lebih banyak ditantang untuk
mencari, melakukan dan menentukan sendiri. Ia lebih produktif, bukan
reproduktif. Bukan mengulang apa yang telah disampaikan, tetapi sebisa mungkin
mencari sendiri. Fokus pembelajaran adalah pada peserta didik. Adaun tugas guru
dalam konteks ini adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya
kegiatan pembelajaran.
2)
Strategi pelaksanaan inquiri
Ada beberapa strategi pelaksanaan
inquiri:
a)
Guru memberikan penjelasan,
instruksi atau pertanyaan terhadap materi yang akan diajarkan. Sebelum memulai
pelajaran, harus dipahami dulu sejauh mana peserta didik memiliki persepsi
terhadap materi tersebut. Kemudian secara bersama-sama guru dan muridmembandingkan
persepsi mereka dengan berbagai pendapat atau teori yang sudah ada.
b)
Guru memberikan tugas kepada
peserta didik untuk membaca atau menjawab pertenyaan serta pekerjaan rumah
c)
Guru memberikan penjelasan
terhadap persoalan-persoalan yang mungkin membingungkan peserta didik
d)
Resitasi untuk menanamkan
fakta-fakta dasar yang telah mereka peserta didik dapat agar dapat dipahami
sehingga guru dapat diyakinkan bahwa mereka telah memahami materi yang telah
dipelajari
e)
Guru memberikan penjelasan
informasi sebagai pelengkap dan ilustrasi terhadap data yang disajikan
f)
Mendidkusikan aplikasi dan
makna sesuai dengan informasi tersebut
g)
Merangkum dalam bentuk rumusan
sebagai kesimpilan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Sasaran akhir pola pembelajaran inquiri
adalah agar peserta didik dapat merumuskan kesimpulan dengan bahasa sendir
terhadap materi yang diberikan.
3)
Penilaian
Penilaian harus mencakup tiga aspek
kemampuan, yaitu kognitif, psikomotor dan afektif dilakukan melalui test dan
non test. Hasil penilaian harus ditindaklanjuti, bagi peserta didik yang
mencapai nilai di bawah rata-rata perlu dilakukan perbaikan dengan berbagai
cara sesuai dengan tipe kelemahan yang dimiliki oleh peserta didik. Perbaikan
bisa berupa pengayaan seperti membaca, atau memberikan tugas tambahan sesuai
dengan kelebihan bakat dan minat masing-masing peserta didik.
2.
Metode Demonstrasi, Eksperimen
dan Diskusi
a.
Metode Demonstrasi
Demonstrasi adalah
metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara menceritakan dan
memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan
praktek yang diperagakan kepada peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi
menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami langkah demi langkah; dan
demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah
proses. Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta
sendiri. Sebagai hasil, peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung
setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang
dikombinasikan dengan praktek adalah membuat perubahan pada rana keterampilan.
b.
Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah apabila peserta didik
melakukan sesuatu percobaan setiap proses dan hasil percobaan itu diamati oleh
setiap peserta didik.
Tujuan dari pemakaian
metode eksperimen:
1)
Dengan metode eksperimen
peserta didik dapat membuktikan sendiri hukum-hukum dan teori yang berlaku.
2)
Peserta didik dapat pula dengan
usahannya sendiri memenuhi hukm-hukum baru, terutama yang berhubungan dengan
hukum alam. Dengan metode eksperimen peserta didik memiliki pengetahuan,
pengalaman dan pengertian yang lebih jelas.
Kekurangan –kekurangan metode eksperimen:
1)
Tidak semua bahan dapat
dieksperimenkan.
2)
Peserta didik yang terlalu muda
atau sedikit sekali pengalamannya, tidak akan dapat melaksanakan eksperimen
secara baik.
Keuntungan dari metode
eksperimen:
1)
Menambah keaktifan peserta
didik untuk berbuat dan memecahkan sendiri.
2)
Dapat melaksanakan
langkah-langkah dalam cara berpikir ilmiah.
3)
Pengartian peserta didik menjadi
luas.
c.
Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara
penyajian/penyampaian bahan pelajaran, dimana guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik/kelompok-kelompok peserta didik untuk mengadakan pembicaraan
ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai
alternatif pemecahan atas suatu masalah.
Bentuk-bentuk diskusi dalam kegiatan
belajar mengajar
1)
the social problem
meeting
Peserta didik berbincang-bincang
memecahkanan masalah sosial dikelasnya atau disekolahannya dengan harapan,
bahwa setiap peserta didik akan merasa terpanggil untuk mempelajari dan
bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Misalnya hubungan
antar peserta didik, hubungan peserta didik dengan guru dan sebagainya.
2)
the open ended meeting
Peserta didik berbincang-bincang
memecahkanan masalah apa saja yang berhubungan dengan kehidupan mereka
sehari-hari, dengan kehidupan mereka disekolah, dengan segala sesuatu yang
terjadi di lingkungan sekitar mereka dan sebagainya.
3)
the educational diagnosis
meeting
Peserta didik berbincang-bincang
mengenai pelajaran di kelas dengan maksud untuk saling mengoreksi pemahaman
mereka atas pelajaran yang telah diterimanya agar masing-masing anggota
memperoleh yang lebih baik atau benar.
Manfaat metode diskusi
1)
Membantu murid untuk tiba
kepada pangambilan keputusan yang lebih baik ketimbang ia memutuskan sendiri,
karena terdapat berbagai sumbangan pikiran dari peserta lainnya yang
dikemukakan dari berbagai sudut pandang.
2)
Mereka tidak terjebak kepada
jalan pikirannya sendiri yang kadang-kadang salah, penuh prasangka dan sempit,
karena dengan diskusi ia mempertimbangkan alasan-alasan orang lain, menerima
berbagai pandangan dan secara hati-hati mengajukan pendapat dan pandangannya
sendiri.
3)
Berbagai diskusi timbul dari
percakapan guru dan peserta didik mengenai sesuatu kehiatan belajar yang akan
mereka lakukan. Bila kelompok/kelas itu ikut serta membicarakan dengan baik,
niscaya segala kegiatan belajar itu akan beroleh dukungan bersama dari seluruh
kelompok/kelas sehingga dapat diharapkan hasil belajarnya akan lebih baik lagi.
4)
Diskusi kelompok/kelas memberi
motivasi terhadap berfikir dan meningkatkan perhatian kelas terhadap apa-apa
yang sedang mereka pelajari.
5)
Diskusi membantu mendekatkan
atau mengeratkan hubungan antara kegiatan kelas dengan tingkat perhatian dan
derajat pengertian dari anggota kelas.
6)
Bila dilaksanakan dengan cermat
maka diskusi dapat merupakan cara belajar yang menyenangkan dan merangsang
pengalaman. Karena dapat merupakan pelepasan ide-ide, uneg-uneg dan pendalaman
wawasan mengenai sesuatu.
3.
Metode Sosiodrama, Mengajar
Beregu dan Imlak/Dikte
a.
Metode sosiodrama
Metode sosiodrama atau bermain
peranan ialah penyajian bahan dengan cara memperlihatkan peragaan, baik dalam
bentuk uraian maupun kenyataan.
Metode sosiodrama digunakan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang
mengandung sifat-sifat sebagai berikut:
1)
Memahami perasaan orang lain
2)
Membagi pertanggungjawaban dan
memikulnya
3)
Menghargai pendapat orang lain
4)
Mengambil keputusan dalam
kelompok
5)
Membantu penyesuaian diri
dengan kelompok
6)
Memperbaiki hubungan sosial
7)
Mengenali nilai-nilai dan
sikap-sikap
8)
Menanggulangi atau memperbaiki
sikap-sikap yang salah.
Adapun kelebihan dari metode sosiodrama adalah:
1)
Untuk mwengajar peserta didik
supaya ia bisa menempatkan dirinya dengan orang lain.
2)
Guru dapat melihat kenyataan
yang sebenarnya dari kemampuan peserta didik
3)
Sosiodrama dan permainan peran
menimbulkan diskusi yang hidup
4)
Peserta didik akan mengerti
sosial psycholagis
5)
Metode sosidrama dapat menarik
minat paserta didik
6)
Melatih peserta didik untuk
berinisiatif dan berkreasi
Kelemahan-kelemahan/kekurangan metode sosiodrama adalah
sebagai berikut:
1)
Sulit untuk memilih anak-anak
yang betul-betul berwatak untuk memecahkan masalah tersebut
2)
Perbedaan adat istiadat,
kebiasaan dan kehidupan dalam suatu masyarakat akan mempersulit pelaksanaannya
3)
Anak-anak yang tidak mendapat
giliran akan pasif
4)
Kalau metode ini dipakainya ntk
tujuan yang tidak layak
5)
Kalau guru kurang bijaksana,
tujuan yang dicapai tidak memuaskan.
b.
Metode mengajar beregu (team
teaching)
Team teaching ialah suatu sitem yang
mengajar yang dilakukan oleh dua orang guru atau lebih dalam mengajar sejumlah
peserta didik yang mempunyai perbedaan minat, kemampuan atau tingkat kelas.
Guru dan team teaching menyajikan bahan pelajaran yang sama dan dalam waktu
yang sma dengan tujuan yang sama pula. Karena anggota tim pengajar mempunyai
perbedaan antara satu dengan yang lain, maka sekalipun bahan pelajaran yang
disajikan itu sama (terutama topiknya yang sama), informasi-informasi,
keterangan-keterangan, ketrampilan-ketrampilan yang disajikan adakalanya
berbeda satu dengan yang lain.
Metode team teaching ini biasanya digunakan ketika:
1)
Untuk menciptakan adanya kerja
sama dan saling pengertian serta memperluas wawasan pengetahuan guru
2)
Untuk melatih para peserta
didik yang cocok atau pantas dijadikan sebagai kader/asisten
3)
Jumlah peserta didik terlalu
banyak sedangkan guru terbatas atau sebaliknya; untuk mengusahakan pelajaran
yang mantap dan efektif, karena materi atau pokok pembahasan terlalu padat.
Metode team teaching sendiri mememiliki beberapa kelebihan
dan juga kelemahan, yaitu:
1)
Kelebihan;
a)
Pengetahuan pelajar tentang
suatu bahan pelajaran akan lebih lengkap, sebab diberikan dan ditinjau oleh
pengajar yang pandanngan-pandangannya saling melengkapi.
b)
Adanya pembagian tugas,
memungkinkan bagi anggotanya untuk mendapatkan waktu yang senggang dan
dimanfaatkan untuk pembinaan peserta didik lainnya.
c)
Metode ini dapat digunakan
untuk mengatasi kekurangan tenaga guru atau kekurangan pengetahuan guru. Orang
yang bukan guru tetapi mempunyai keahlian tertentu sering dapat dimasukkan ke
dalam suatu tim pengajar untuk menyajikan bahan pelajaran sesuai dengan
keahliannya.
2)
kelemahan
Sukar membentuk tim yang kompak,
kadang-kadang didominasi oleh guru-guru yang cakap saja dan hal ini sukar untuk
dihilangkan; sangat rumit untuk mengatur organisasi kelas yang lebih fleksibel;
membutuhkan fasilitas ruangan, alat dan waktu yang memadai.
c.
Metode Imla’ / Dikte
Metode Imla’ / Dikte adalah suatu
cara menyajikan bahan pelajaran dengan menyuruh peserta didik menyalin apa-apa
yang dikatakan guru.
Alat penyajian yang digunakan oleh
guru dalam metode ini adalah bahasa lisan, sedangkan alat peserta didik yang
terutama dalam menyalin bahan pelajaran itu ialah alat tulis serta
mendengarkannya.
Kebaikan metode Imla’ :
1)
Mudah menjaga tata tertib
kelas.
2)
Di samping memperoleh bahan
pelajaran yang baru, para peserta didik berlatih menulis dengan cepat dan
tepat.
Kelemahan metode Imla’ :
1)
Bahwa peserta didik kurang
aktif, sebab ia terutama mendengar dan menyalin apa-apa yang dikemukakan guru
secara lisan.
2)
Metode ini melelahkan peserta
didik.
DAFTAR PUSTAKA
Binti Maunah, Metodologi Pengajaran Agama
Islam, Teras, Yogyakarta, 2009
Hamruni, Strategi dan Model-Model
Pembelajaran Aktif Menyenangkan, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2009
Masitoh dan Laskmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009
0 komentar:
Posting Komentar