Senin, 21 April kemarin terasa
sekali ada sesuatu yang berbeda. Salon-salon rias di sepanjang jalan dari rumah
sampai ke tempat kerja terlihat penuh. Terlihat dari banyaknya sepeda motor
yang ruah di tempat parkiran. Ya
dimaklumi saja, 21 April adalah hari kartini. Para Ibu, wanita pekerja, pelajar
putri, anak-anak SD juga TK antusias sekali ketika perayaan hari kartini ini.
Setahun sekali, seolah ada lomba fashion show di tempat-tempat kerja. Tak
terkecuali juga di tempat kerja saya. Beberapa teman bahkan cerita kalau sudah
antre di salon sejak sehabis subuh. Seorang Bapak juga mengatakan sejak habis
subuh sampai jam 7.30 dia sudah ngantre di salon karena nganter anaknya yang
masih TK. “Lo, kok ndak didandani Ibunya saja, Pak?”, tanya saya. “Ibunya juga
ikut nyalon ogh…” Jawabnya… J
BTW, bukan masalah sebenarnya kalau
menurut saya, mau dandan sheboh apa, mau cuma tampil sederhana dan bersahaja,
yang penting semangatnya. Semangat Kartini, semangat emansipasi…
Singkat cerita, demikian juga yang
ada di tempat kerja saya. Para Bapak dan Ibu di wajibkan memakai pakaian adat.
Si Bapak musti pakai beskap ( sumuk poll
rasanya… ) para Ibunya wajib berkebaya. Demikian juga dengan para siswanya.
Yang putri berkebaya, yang putra pakai batik. Kegiatan hari itu dimulai dengan
upacara bendera, selanjutnya lomba-lomba, tujuannya refreshing menyenangkan siswa. Yups,
cuma itu. Tidak ada acara yang macem-macem, apalagi semacam bikini party yang bikin heboh itu…
hehehe…
Tapi bukan itu inti tulisan ini.
Singkat cerita segala kegiatan sudah
selesai. Pulang kerumah saya jalankan motor dengan lebih pelan dari biasanya.
Mumpung pulang lebih awal, jadi bisa lebih santai.
Pas pulang, di tengah macetnya
jalanan karena proyek fly over Palur
dari sebelah kiri tiba-tiba sebuah Yamaha vixion ( maaf, saya sebut merk ) yang
mendahului… dan… woowww…. Yang duduk jadi boncengernya itu lho yang bikin mata
enggan untuk berkedip. Sepasang paha yang hanya berbungkus celana minim nyaris
sampai pangkalnya terpampang di depan mata. Belum lagi bajunya yang tipis
terlihat menerawangkan apa yang terbungkus di dalamnya
Jujur, sebagai lelaki normal tidak
memungkiri kalau saya menikmatinya meski sejenak… ( x_x )
Namun, beberapa detik kemudian
terlintas hal yang berbeda dalam pikiran saya, cuaca di Solo Raya akhir-akhir
ini memang membuat gerah, sangat gerah malahan. Terik di siang hari serta hujan
pada malamnya benar-benar membuat tingkat kelembaban terasa sekali. Tetapi apa
memang separah itu? Yang bahkan sampai di tengah cuaca yang saat itu terik ada
yang saking gerahnya nyaris tidak berbusana keluar dari rumah. Masyaallah….
Sambil tetap menjalankan motor di
belakang mereka ( maaf, bukan niat. Ini murni semata terpaksa karena situasi
lalu lintas yang padat merayap… ) coba saya amati yang duduk memegang stang.
Cowok tulen sepertinya, bercelana panjang dan berjaket lengkap. Tetapi kenapa
dia membiarkan pasangannya ( bisa jadi pacar atau istrinya mungkin ) terekspos
dan dinikmati mata nakal para lelaki ( termasuk saya… x_x ).
Selepas macet, selewat jembatan
Bengawan Solo, beberapa pemandangan yang tak sama namun serupa beberapa kali
juga terlihat. Sebagaian besar mengekspos tubuh dengan pakaian minim, namun ada
juga perempuan berjilbab yang justru belahan ( maaf ) pantatnya terlihat…
Masyaallah….
Ah, para perempuan itu, tidakkah
terbersit sedikit saja rasa takut di dalam hati mereka tentang akhirat. Kenapa?
Bukankah Rasulullah pernah bersabda, bahwa perempuan-perempuan yang berlaku
seperti itu bahkan tidak halal baginya untuk mencium bau surga. Padahal bau
surga dalam sebuah riwayat sudah akan tercium dalam jarak 40 tahun perjalanan.
Malah ada satu riwayat lagi yang mengatakan 70 tahun perjalanan. Bayangkan,
betapa jauhnya mereka-mereka , para perempuan yang mengekpos anggota tubuhnya
tersebut dari nikmatnya surga. Bahkan mencium baunya sekalipun tiada diijinkan
oleh Allah.
Itu kalau hanya berkenaan dengan
diri mereka sendiri. Namun, ternyata ada rentetan dosa tidak hanya berhenti
sampai pada si perempuan itu saja. Masih ada sang Ayah, jika si perempuan masih
belum menikah yang akan ikut terseret-seret dengan dosa. Si Suami, bila
perempuan tadi sudah menikah. Saudara lelaki si perempuan, apabila sang ayah
telah meninggal dunia, dan bahkan anak lelaki dari perempuan tersebut juga ikut
terseret-seret dalam dosa…. Nauzubillah…..
Inilah yang terkadang menjadi ironi,
ada kata emansipasi yang didengungkan dengan kuatnya memakai ikon sang Ibu Kita
Kartini. Namun layaknya sebuah penafsiran, terkadang ( seringkali malahan )
kata emansipasi malah melenceng jauh dari cita-cita mulia sang Ibu. Naïf
rasanya, ketika wujud emansipasi tersebut kemudian menjadi alasan untuk bisa
berekspresi sebebas-bebasnya tanpa peduli apapun, tanpa peduli apa dan siapa,
tanpa peduli syariat agama.
Barusan seorang teman menulis di
akun facebooknya, “Kartini yang
dimaksudkan oleh R.A. Kartini adalah taat kepada suaminya, memberikan susu
eksklusif untuk anaknya, bersahaja pakaiannya, cerdas berpikirnya, pandai
mendidik anak-anaknya, pintar menciptakan suasana bahagia dalam rumah tangga,
hormat pada orang tua, menjaga marwah keluarga,peduli pada sesama, mengabdi
untuk bangsa, memegang syariat agama, MAU MENULIS… #disarikan dari habis gelap
terbitlah terang dan surat-surat Kartini”
Pas sekali rasanya tulisan teman yang
satu ini. Emansipasi yang dimaksud bukanlah sesuatu yang tanpa batasan. Masih
ada beberapa kewajiban, meski tidak juga melupakan hak-hak yang melekat pada
seorang perempuan. Masih ada tuntunan
syariat yang mesti diikuti.
Karena itu para kartini bangsaku,
jangan pernah lagi berkata, “Tubuh-tubuh gue, pakaian-pakaian gue, terserah mau
gue apain, emang masalah buwat loh…!”
Tolong kasihani kami para Ayah,
Suami, Saudara laki-laki atau nakan laki-laki-mu. Tolong ikuti syariat
agama-mu, tolong tutup aurat-mu…
Karena Kartini yang sejati tidak
akan membiarkan dirinya dinilai hanya sebatas fisik semata. Kartini sejati
adalah dia yang berfikir dan bertindak dengan penuh pertimbangan matang, pun
juga dia peduli pada sesamanya. Dan Kartini sejati akan senantiasa menjaga
kehormatannya, dan kehormatan orang-orang disekitarnya…
#habis gelap terbitlah terang
#semoga makin jaya bangsaku
Ammiiiiiin…………………
0 komentar:
Posting Komentar