Aku, dan apa yang ada di sekitarku...

Senin, 07 April 2014

Posted by ashidqy hayun on 10.54 in , | No comments
Ketika Rasulullah Saw. berdakwah di Mekah dan berjalan melalui lorong-lorong kota, ia selalu mendapat gangguan dari atas loteng sebuah rumah. Terkadang, ia disiram air yang bau menyengat, dijatuhi tanah kotor, dan bebatuan. Rasulullah Saw. menerima ujian dengan sabar.
nenek
Pada suatu hari, Rasulullah melewati tempat yang sama. Namun, ia merasa aneh. Ia dapat lewat dengan mudah tanpa gangguan. Ketika pulang, ia pun tidak melihat nenek tua Quraisy yang biasa menggangunya. Keesokan harinya, Rasulullah melewati lorong yang sama. Dan, seperti kemarin ia tidak melihat nenek itu. Akhirnya Rasulullah memutuskan untuk menjenguk si nenek tua.
Maka setelah selesai urusan hari ini, Rasulullah pulang lewat lorong yang sama dan mengetuk rumah nenek tua. Rasulullah mengucapkan salam. Tak ada jawaban. Diulanginya lagi sampai tiga kali. Setelah salam yang ketiga barulah terdengar suara lemah dari dalam , ”Masukklah! Pintu tidak dikunci.” Rasulullah masuk. Dilihatnya wajah nenek tua itu tampak pucat dan suaranyapun lemah.
Rasulullah mendekati si nenek tua itu. Si nenek tua terkejut setelah mengetahui bahwa yang menjenguknya adalah Rasulullah yang setiap hari diganggunya. Hatinya sangat terharu. Air matanya menetes di pinya. Sungguh, handai taulan dan sanak saudaranya tidak ada yang menjenguknya, meskipun hanya sejenak. Tak ada yang memberinya makan dan minum. Saudara-saudaranya tak acuh dengan keadaannya. Tetapi, orang yang selalu diganggunya, dimarahinya, dan sering ia lempari justru datang menjenguknya. Memberinya makan, minum, menghibur, dan mendoakannya agar segera sembuh. Air matanya mengalir deras karena penyesalan dan terharu akan kemuliaan Rasulullah Saw.
Si nenek berkata, ”Wahai Muhammad bin Abdullah, engkau tahu aku selalu mengganggumu ketika engkau lewat di depan rumahku. Engkau pun melihat keadaanku hari ini. Tak ada sanak saudara yang menjengukku, padahal kondisiku sangat lemah. Demi Tuhan Muhammad, hari ini aku ingin menjadi muslim dan mengikuti agama yang engkau bawa. Sungguh, ini adalah agama yang penuh kasih sayang. Aku selalu mengganggumu, tetapi engkaulah yang menjengukku ketika akau sakit. Sementara saudaraku, tak seorang pun terlihat batang hidungnya. Sungguh, aku akan memeluk agamamu.”


Tempalah besi ketika panas, sentuhlah hati ketika kepekaannya memancar
Disadur dari buku ”Kisah-kisah Teladan untuk Keluarga” karya DR. Mulyanto

0 komentar:

Posting Komentar

Search Our Site