Aku, dan apa yang ada di sekitarku...
  • This is Sarimind's Blog

    Bertempurlah, Bertarunglah dalam kenyataan, Meski kau tahu akan ada kekalahan, Yakinlah; darahmu takkan sia-sia..... ( gola gong )

  • This is Sarimind's Blog

    Wahai hati, Bersabarlah dalam menanti. Yakinlah janji-Nya adalah pasti, Pada akhirnya kebahagiaanlah yang kelak kan diraih. Wahai jiwa, Tenanglah dalam lara, Percayalah bahwa janji-Nya adalah nyata. Jangan pernah ragu dengan kehendak-Nya...

  • This is Sarimind's Blog

    Take a time to THINK, it's the source of power. Take a time to READ, it's the foundation of wisdom. Take a time to QUIET, it's the oportunity to seek God. Take time to DREAM, it's the future made of. Take time to PRAY, it's the greatest power on earth.

Senin, 31 Juli 2017

Posted by ashidqy hayun on 13.31 in , | No comments
Pendidikan Agama Islam ( PAI ) merupakan salah satu materi pelajaran yang istimewa. Di dalam materi pelajaran ini, tercakup berbagai aspek yang meliputi Alqur’an, keimanan ( tauhid ), Fiqih, akhlak, dan tharikh ( sejarah ). Materi Pendidikan Agama Islam sendiri cakupannya tidak hanya meliputi bidang pengetahuan saja, tetapi juga sebagai bahan agar siswa mampu bersikap, berakhlak, dan mempraktikkan ajaran agamanya. Oleh karena itu, sebagai pelaksanaan kurikulum yang berlaku saat ini, Pendidikan Agama Islam diarahkan kepada hal-hal sebagai berikut:
a.       Meningkatkan ketaqwaan terhadap Allah swt.
b.      Meningkatkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama dalam rangka meningkatkan akhlaqul karimah.
c.       Menghindari kecenderungan pendangkalan dan pengkerdilan, pemahaman dan kehidupan spiritual keagamaan.
d.      Meningkatkan peranan agama sebagai pemberi motivasi.
e.       Menanggulangi dampak negatif dari proses modernisasi yang berbentuk praktik-praktik cultural yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.
f.       Mengimbangi dan mengadakan adaptasi dalam proses modernisasi dalam bentuk pengembangan pikiran-pikiran ilmiah dalam cara menghayati dan mengamalkan ajaran agama.
Karena beberapa hal inilah, maka peran dari Pendidikan Agama Islam sangatlah vital bukan hanya sebagai suatu ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai kontrol dan pemberi pengalaman nyata bagi peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas, maka sebagai bentuk tanggungjawab atas pelaksanaan pembelajaran dan pengamalan nilai keagamaan, maka kami mengadakan program Ujian Praktik untuk mata pelajaran Pendidikan Agama islam. Ujian praktik sendiri merupakan salah satu dari tiga aspek Ujian Sekolah Berstandar Nasional Pendidikan Agama Islam (USBN PAI) ; aspek yang lain adalah ujian tulis dan akhlak mulia. Ujian Praktik ini dilaksanakan dengan maksud mengukur kemampuan peserta didik dalam menguasai materi amaliah Pendidikan Agama Islam. Adapun aspek PAI yang diujipraktikkan adalah Al Qur’an dan Fiqih.

Untuk Proposal Program Ujian Praktik Pendidikan Agama Islam selengkapnya silahkan di download di link berikut ini : Ujian Praktik PAI 2016-2017  >>>> Terimakasih....

Senin, 24 Juli 2017

Posted by ashidqy hayun on 10.34 in , | No comments
Iman kepada kitab-kitab Allah SWT. ialah mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT. telah menurunkan kitab-kitab suci-Nya kepada Rasul-rasul pilihan-Nya. Kitab-kitab tersebut berisi wahyu-Nya untuk disampaikan kepada manusia. Kumpulan wahyu tersebut, ada yang disebut suhuf dan ada yang disebut kitab.

Bagi umat Islam wajib hukumnya beriman kepada kitab-kitab yang telah diturunkan Allah SWT kepada Rasul-rasul-Nya, sebagaiman firman Allah SWT. Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya…." (QS. An-Nisa : 136)


materi iman kepada kitab kitab allah



Nama-nama Kitab Allah SWT. yang Diturunkan Kepada Rasulnya.

Sesungguhnya Allah SWT. Telah menurunkan banyak kitab suci kepada para Rasul yang dipilih-Nya. Namun hanya beberapa saja yang wajib diketahui oleh kita, di antaranya sebagai berikut :

a. Kitab Taurat, diturunkan kepada Nabi Musa as. Sekitar abad 12 SM di wilayah Mesir dan Israel.
b. Kitab Zabur, kitab ini diturunkan kepada nabi Daud as. Sekitar abad 10 sm di daerah Israel, Palestina sekarang.
c. Kitab Injil, diturunkan kepada Nabi Isa as. Permulaan abad Masehi.
d.         Kitab Al-Qur'an, diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Abad ke enam Masehi di Mekah, Madinah dan sekitarnya.

Perbedaan Kitab dan Suhuf.

Kitab dan Suhuf pada hakikatnya adalah sama, yaitu wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasul pilihan-Nya. Namun ada beberapa perbedaannya yaitu:

a. Kitab, wahyu Allah diturunkan kepada para Rasul untuk diajarkan kepada manusia, sebagai petunjuk dan pedoman hidupnya. Sedangkan Suhuf, wahyu Allah yang diberikan kepada para Rasul-Nya dan tidak wajib diajarkan kepada manusia.
b. Isi kitab lebih lengkap dan sempurna daripada suhuf.
c. Kitab dibukukan dalam satu kumpulan, tulisan atau hafalan yang menjadikan utuh sebagai satu kumpulan wahyu. Suhuf tidak dibukukan, sejak diturunkannya sehingga tercatat dalam bentuk lembaran.

Adapun nabi dan rasul yang menerima suhuf adalah sebagai berikut:
a. Nabi Adam as. Menerima 10 suhuf
b. Nabi Idris as. Menerima 30 suhuf
c. Nabi Ibrahi as. Menerima 10 suhuf
d. Nabi Syis as. Menerima 50 suhuf
e. Nabi musa as. Menerima 10 suhuf

Dalil Aqli dan Naqli Beriman Kepada Kitab-kitab Allah.

Dalam menjalani kehidupan ini, manusia sangat memerlukan petunjuk dan pedoman, yang dengannya manusia dapat melangkah secara baik dan benar. Tanpa petunjuk dan pedoman itu manusia akan kehilangan arah dalam hidupnya, yang pada akhirnya akan terjerumus kejurang kehinaan dan kenistaan. Petunjuk yang paling benar dan akurat adalah petunjuk yang dikeluarkan oleh pencipta manusia dan jagat raya tempat tinggalnya, yaitu Allah SWT. Oleh karena itu, peranan kitab-kitab Allah dan suhuf-suhuf-Nya sangat penting bagi kehidupan manusia. Sehingga dapat menjalani kehidupan di dunia ini sesuai dengan petunjuk dan bimbingan Allah. Allah SWT. berfirman : Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya." (Q.S. An-Nisa : 136)

Dalam sebuah hadisnya, Rasulullah saw. juga mengingatkan umatnya agar senantiasa beriman dan percaya kepada semua kitab-kitab Allah, baik yang diturunkan kepadanya maupun kepada para Rasul sebelumanya. Perhatikan sabda Rasulullah saw.: Artinya: "Janganlah kamu membenarkan ahli kitab dan janganlah pula kamu dustakan mereka dan katakanlah, kami beriman kepada apayang diturunakan kepada kami dan kepada kamu. Tuhan kami dan Tuhan kamu adalah satu dan kita sama-sama berserah diri kepada-Nya." (HR. Bukhari).

Dengan demikian beriman kepada kitab-kitab Allah itu wajib bagi setiap muslim, sebab pada hakikatnya semua kitab-kitab Allah berisi sama, yakni petunjuk Allah SWT. Tentang kehidupan di dunia dan di akhirat, agar manusia dapat menjalaninya dengan selamat dan sejahtera.

Hikmah dan Fungsi Beriman Kepada Kitab-kitab Allah.

Diantara hikmah dan fungsi beriman kepada kitab-kitab Allah adalah sebagai berikut:
1. Sebagai perunjuk dan pedoman hidup manusia
2. Sebagaio landasan hukum dan etika
3. Sebagai tempat kembalinya segala persoalan

Sikap dan Perilaku Sebagai Orang yang Beriman Kepada Kitab-kitab Allah.

Sikap dan perilaku terpuji yang harus dimiliki oleh seorang yng beriman kepada kitab-kitab Allah diantaranya sebagai berikut:
1. Taat beribadah kepada Allah.
2. Menghindari perbuatan maksiat.
3. Berbakti kepada orang tua, guru dan sesama.

Ingatlah bahwa rido Allah itu sangat bergantung kepada rido orang tua, begitu pula murka-Nya. Perhatikan sabda Rasulullah saw: Artinya: "Ridha Allah itu bergantung kepada rida ke dua orang tua, dan murka Allah itu juga bergantung kepada murka orang tua." (HR. Bukhari)

Disalin dari http://www.bacaanmadani.com

Terima kasih sudah berkunjung.

Sabtu, 22 Juli 2017

Posted by ashidqy hayun on 09.48 in , | No comments
1.       Arti Qalqalah dan Hurufnya.
Menurut bahasa qalqalah artinya gerak, getaran suara. Menurut istilah membunyikan dengan suara yang berlebih dari makhraj hurufnya.
Qalqalah berlaku bila huruf qalqalah itu mati, atau mati karena dihentikan. Jika kita baca bunyinya tidak terus menghilang melainkan masih terdengar juga perlahan-lahan.
Adapun huruf qalqalah ada 5 yaitu : qaf ( ق  ), tha’ ( ط  ), baa ( ب ),                         jim (  ج  ), dal (  د   ) dikumpulkan menjadi (  قَطْبُ جَدٍ  ).

  1. Macam-macam Qalqalah
Bacaan qalaqlah ada dua macam :
a.       Qalqalah Sughra (  قَلْقَلَة صُغْرَى )
Apabila huruf qalqalah itu mati (sukun) pada kata asalnya pada umumnya ada ditengah-tengah kata maka disebut qalqalah sughra artinya kecil. Cara membacanya dengan  pantulan tidak terlalu kuat.
Contoh  :   يَقْطَعُونَ      يَبْغُوْنَ     يَدْخُلُونَ                  
b.        Qalqalah kubra  (  قَلْقَلَةْْ كُبرٰي  )
Apabila ada huruf qalqalah yang mati bukan pada asalnya , dia mati karena dihentikan atau diwaqafkan dan berada pada akhir kata, maka disebut qalqalah kubra. Kubra artinya besar. Cara membacanya harus lebih mantap dengan memantulkan suara dengan pantulan yang kuat.

Contoh  : مِنْ مَّسَدٍ     ذَاتِ الْبُرُوْجٍ     وَاِسْحٰٰٰٰٰقَ

Kamis, 20 Juli 2017

Posted by ashidqy hayun on 11.40 in , , | No comments
Dari Ahmad Mundzir
Seperti yang di kutip dari NU.or.id Usai Sayyidina Umar wafat, ada salah seorang yang bermimpi bertemu beliau. Ia bertanya “wahai Umar, apa yang dilakukan Allah kepadamu?”
Umar menjawab, “Allah telah mengampuniku”.
“Apakah karena keadilanmu?”
“Bukan”
Padahal sebagaimana kita ketahui, sahabat Umar adalah seorang khalifah yang tegas berprinsip dan adil dalam memberi keputusan.
Namun ternyata beliau masuk surga bukan karena amalnya. Namun beliau justru mengaku, “(aku masuk surga) karena seekor burung”.
Ketika itu ada burung yang dibuat mainan anak kecil. Merasa iba, sahabat Umar lalu membeli burung dari anak kecil itu, setelah terbeli, burung pun dilepas.
Kisah di atas sangat cocok dengan sebuah hadis yang diriwayatkan dalam Kitab Sunan At-Tirmidzi:
Orang-orang yang berbelas kasih akan dikasihi Allah yang maha pengasih. Maka kasihanilah penduduk yang ada di bumi, niscaya kalian akan dikasihi penduduk langit. (7/3)
semoga kisah dari Amalan Sayidina Umar yang Membawanya ke Surga bisa menjadi contoh bagi kita.
Wallahu a’lam

Rabu, 19 Juli 2017

Posted by ashidqy hayun on 19.36 in | No comments
taqabbalallahu minna wa minkum wa ja’alanallahu minal ‘aidin wal faizin….
mohon maaf lahir dan bathin,
semoga silahturahmi kita senantiasa terjalin begitu erat laksana butiran tasbih…
dalam kebaikan budi,
keikhlasan hati,
dan kebajikan karya
  
Karanganyar, 19 Juli 2017













Posted by ashidqy hayun on 11.32 in , | No comments
Jika pada pembahasan pertama/sebelumnya kita membahas tentang pengertian sujud sahwi beserta hukum sujud sahwi, maka pada kesempatan kali ini kita akan membahas Sebab sebab Sujud Sahwi atau yang sering kita pahami adalah kenapa atau sebab kita melakukan sujud sahwi.
Ada beberapa sebab yang perlu kita ketahui kenapa kita harus melakukan sujud sahwi :
Pertama: Karena adanya kekurangan Rukun dan Wajib dalam Shalat
 Pertama, Meninggalkan rukun shalat seperti lupa ruku’ dan sujud.
sujud sahwi
  1. Jika meninggalkan rukun shalat dalam keadaan lupa, kemudian ia mengingatnya sebelum memulai membaca Al Fatihah pada raka’at berikutnya, maka hendaklah ia mengulangi rukun yang ia tinggalkan tadi, dilanjutkan melakukan rukun yang setelahnya. Kemudian hendaklah ia melakukan sujud sahwi di akhir shalat.
  2. Jika meninggalkan rukun shalat dalam keadaan lupa, kemudian ia mengingatnya setelah memulai membaca Al Fatihah pada raka’at berikutnya, maka raka’at sebelumnya yang terdapat kekurangan rukun tadi jadi batal. Ketika itu, ia membatalkan raka’at yang terdapat kekurangan rukunnya tadi dan ia kembali menyempurnakan shalatnya. Kemudian hendaklah ia melakukan sujud sahwi di akhir shalat.
  3. Jika lupa melakukan melakukan satu raka’at atau lebih (misalnya baru melakukan dua raka’at shalat Zhuhur, namun sudah salam ketika itu), maka hendaklah ia tambah kekurangan raka’at ketika ia ingat. Kemudian hendaklah ia melakukan sujud sahwi sesudah salam.
Kedua,  Meninggalkan wajib shalat seperti tasyahud awwal.
  1. Jika meninggalkan wajib shalat, lalu mampu untuk kembali melakukannya dan ia belum beranjak dari tempatnya, maka hendaklah ia melakukan wajib shalat tersebut. Pada saat ini tidak ada kewajiban sujud sahwi.
  2. Jika meninggalkan wajib shalat, lalu mengingatnya setelah beranjak dari tempatnya, namun belum sampai pada rukun selanjutnya, maka hendaklah ia kembali melakukan wajib shalat tadi. Pada saat ini juga tidak ada sujud sahwi.
  3. Jika ia meninggalkan wajib shalat, ia mengingatnya setelah beranjak dari tempatnya dan setelah sampai pada rukun sesudahnya, maka ia tidak perlu kembali melakukan wajib shalat tadi, ia terus melanjutkan shalatnya. Pada saat ini, ia tutup kekurangan tadi dengan sujud sahwi.
Keadaan tentang wajib shalat ini diterangkan dalam hadits Al Mughirah bin Syu’bah. Ia mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Jika salah seorang dari kalian berdiri dari raka’at kedua (lupa tasyahud awwal) dan belum tegak berdirinya, maka hendaknya ia duduk. Tetapi jika telah tegak, maka janganlah ia duduk (kembali). Namun hendaklah ia sujud sahwi dengan dua kali sujud.” (HR. Ibnu Majah no. 1208 dan Ahmad 4/253)
Kedua: Karena adanya penambahan.
  1. Jika seseorang lupa sehingga menambah satu raka’at atau lebih, lalu ia mengingatnya di tengah-tengah tambahan raka’at tadi, hendaklah ia langsung duduk, lalu tasyahud akhir, kemudian salam. Kemudian setelah itu, ia melakukan sujud sahwi sesudah salam.
  2. Jika ia ingat adanya tambahan raka’at setelah selesai salam (setelah shalat selesai),  maka ia sujud ketika ia ingat, kemudian ia salam.
Pembahasan ini dijelaskan dalam hadits Ibnu Mas’ud,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan shalat Zhuhur lima raka’at. Lalu ada menanyakan kepada beliau, “Apakah engkau menambah dalam shalat?” Beliau pun menjawab, “Memangnya apa yang terjadi?” Orang tadi berkata, “Engkau shalat lima raka’at.” Setelah itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sujud dua kali setelah ia salam tadi.” (HR. Bukhari no. 1226 dan Muslim no. 572)
Ketiga:  Karena adanya keraguan.
  1. Jika ia ragu-ragu –semisal ragu telah shalat tiga atau empat raka’at-, kemudian ia mengingat dan bisa menguatkan di antara keragu-raguan tadi, maka ia pilih yang ia anggap yakin. Kemudian ia nantinya akan melakukan sujud sahwi sesudah salam.
  2. Jika ia ragu-ragu –semisal ragu telah shalat tiga atau empat raka’at-, dan saat itu ia tidak bisa menguatkan di antara keragu-raguan tadi, maka ia pilih yang ia yakin (yaitu yang paling sedikit). Kemudian ia nantinya akan melakukan sujud sahwi sebelum salam.
Mengenai permasalahan ini sudah dibahas pada hadits Abu Sa’id Al Khudri yang telah lewat. Juga terdapat dalam hadits ‘Abdurahman bin ‘Auf, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 “Jika salah seorang dari kalian merasa ragu dalam shalatnya hingga tidak tahu satu rakaat atau dua rakaat yang telah ia kerjakan, maka hendaknya ia hitung satu rakaat. Jika tidak tahu dua atau tiga rakaat yang telah ia kerjakan, maka hendaklah ia hitung dua rakaat. Dan jika tidak tahu tiga atau empat rakaat yang telah ia kerjakan, maka hendaklah ia hitung tiga rakaat. Setelah itu sujud dua kali sebelum salam.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Demikian Sebab Adanya Sujud Sahwi yang diambil dari rumaysho.com. Adapun mengenai tata cara sujud sahwi, akan kami bahas pada kesempatan selanjutnya insya Allah. Semoga Allah mudahkan.

Selasa, 18 Juli 2017

Posted by ashidqy hayun on 11.16 in , | No comments
Sebelum kita membahas bagaimana tata cara sujud sahwi, tentu kita harus tahu Pengertian Sujud Sahwi itu sendiri, Sahwi secara bahasa bermakna lupa atau lalai. Sujud sahwi secara istilah adalah sujud yang dilakukan di akhir shalat atau setelah shalat untuk menutupi cacat dalam shalat karena meninggalkan sesuatu yang diperintahkan atau mengerjakan sesuatu yang dilarang dengan tidak sengaja.
Seperti diketahui manusia tempatnya lupa maka ketika terjadi lupa dalam melakukan ibadah sepeti lupa bilangan solat dan bacan sholat maka disarankan kita melakukan sujud sahwi. seperti Hadits Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Apabila adzan dikumandangkan, maka setan berpaling sambil kentut hingga dia tidak mendengar adzan tersebut. Apabila adzan selesai dikumandangkan, maka ia pun kembali. Apabila dikumandangkan iqomah, setan pun berpaling lagi. Apabila iqamah selesai dikumandangkan, setan pun kembali, ia akan melintas di antara seseorang dan nafsunya. Dia berkata, “Ingatlah demikian, ingatlah demikian untuk sesuatu yang sebelumnya dia tidak mengingatnya, hingga laki-laki tersebut senantiasa tidak mengetahui berapa rakaat dia shalat. Apabila salah seorang dari kalian tidak mengetahui berapa rakaat dia shalat, hendaklah dia bersujud dua kali dalam keadaan duduk.” (HR. Bukhari no. 1231 dan Muslim no. 389)
Hadits Abu Sa’id Al Khudri, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 “Apabila salah seorang dari kalian ragu dalam shalatnya, dan tidak mengetahui berapa rakaat dia shalat, tiga ataukah empat rakaat maka buanglah keraguan, dan ambilah yang yakin. Kemudian sujudlah dua kali sebelum salam. Jika ternyata dia shalat lima rakaat, maka sujudnya telah menggenapkan shalatnya. Lalu jika ternyata shalatnya memang empat rakaat, maka sujudnya itu adalah sebagai penghinaan bagi setan.” (HR. Muslim no. 571)
Bagaimana hukum sujud sahwi?
Mengenai hukum sujud sahwi para ulama berselisih menjadi dua pendapat, ada yang mengatakan wajib dan ada pula yang mengatakan sunnah. Pendapat yang lebih kuat dalam masalah ini dan lebih menentramkan hati adalah pendapat yang menyatakan wajib. Hal ini disebabkan dua alasan:
  1. Dalam hadits yang menjelaskan sujud sahwi seringkali menggunakan kata perintah. Sedangkan kata perintah hukum asalnya adalah wajib.
  2. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terus menerus melakukan sujud sahwi –ketika ada sebabnya- dan tidak ada satu pun dalil yang menunjukkan bahwa beliau pernah meninggalkannya.

Senin, 17 Juli 2017

Posted by ashidqy hayun on 11.47 in , , | No comments
Oleh Syahruddin El-Fikri
Dalam riwayat Imam Bukhari, diceritakan, suatu saat ketika sedang duduk, Rasulullah saw didatangi seseorang. Rasul bertanya kepadanya: “Siapa Anda?” Ia pun menjawab: “Saya Iblis.”
Rasul bertanya lagi, apa maksud kedatangannya. Iblis menceritakan kedatangannya atas izin Allah untuk menjawab semua pertanyaan dari Rasulullah saw.
Kesempatan itu pun digunakan Rasulullah saw untuk menanyakan beberapa hal. Salah satunya mengenai teman-teman Iblis dari umat Muhammad saw yang akan menemaninya di neraka nanti? Iblis menjawab, temannya di neraka nanti ada 10 kelompok.
pesugihan setan merah
Pertama, kata Iblis, haakimun zaa`ir (hakim yang curang). Maksudnya adalah seorang hakim yang berlaku tidak adil dalam menetapkan hukum. Ia menetapkan tidak semestinya.
Tak hanya hakim, dalam hal ini bisa juga para penegak hukum secara umum, seperti polisi, jaksa, pengacara, dan juga setiap individu, karena mereka menjadi hakim dalam keluarganya.
Kedua, kata Iblis, ghaniyyun mutakabbir (orang kaya yang sombong). Ia begitu bangga dengan kekayaan dan enggan mendermakan untuk masyarakat yang membutuhkan.
Dia menganggap, semua yang diperolehnya merupakan usahanya sendiri tanpa bantuan orang lain. Contohnya seperti Qarun.
Ketiga, taajirun kha’in (pedagang yang berkhianat). Ia melakukan penipuan, baik dalam hal kualitas barang yang diperdagangkan, maupun mengurangi timbangan.
Bila membeli sesuatu, dia selalu meminta ditambah, namun saat menjualnya dia melakukan kecurangan dengan menguranginya.
Disamping itu, ia menimbun barang. Membeli di saat murah, dan menjualnya di saat harga melambung tinggi. Dengan begitu, dia memperoleh untung besar.
Demikian juga pada pengerjaan proyek tertentu, ia membeli barang dengan kualitas rendah untuk meraih keuntungan berlipat (mark up).
Kelompok Keempat yang menjadi teman Iblis adalah syaaribu al-khamr (orang yang meminum khamar). Minuman apapun yang memabukkan, ia termasuk khamar. Misalnya arak, wine, wisky, atau minuman yang sejenisnya.
Dalam sebuah riwayat disebutkan, peminum khamar (pemabuk) dikatakan tidak beriman, jika dia meninggal nanti masih terdapat khamar dalam tubuhnya.
Kelima, al-fattaan (tukang fitnah). Fitnah lebih berbahaya dari pada pembunuhan (al-fitnatu asyaddu min al-qatl). Lihat QS al-Baqarah [2]: 191.
Membunuh adalah menghilangkan nyawa lebih cepat, namun fitnah ‘membunuh’ seseorang secara pelan-pelan. Fitnah ini bisa pula ‘pembunuhan’ karakter seseorang.
Fitnah itu di antaranya, mengungkap aib seseorang yang kebenarannya tidak bisa dipertanggungjawabkan, gosip, ghibah, dan lainnya.
Keenam adalah shaahibu ar-riya` (orang yang suka memamerkan diri). Mereka selalu ingin menunjukkan kehebatan dirinya, menunjukkan amalnya, kekayaannya, dan lainnya. Semuanya itu demi mendapatkan pujian.
Ketujuh, aakilu maal al-yatiim (orang yang memakan harta anak yatim). Mereka memanfaatkan harta anak yatim atau sumbangan untuk anak yatim demi kepentingan pribadi atau kelompoknya. Lihat QS al-Ma`un [107]: 1-7.
Kedelapan, al-mutahaawinu bi al-shalah (orang yang meringankan shalat). Mereka memahami perintah shalat adalah kewajiban, namun dengan berbagai alasan, akhirnya shalat pun ditinggalkan. Allah juga mengancam Muslim yang melalaikan shalat.
Kesembilan, maani’u az-zakaah (orang yang enggan membayar zakat). Mereka merasa berat untuk mengeluarkan zakat, walaupun tujuan zakat untuk membersihkan diri dan hartanya.
Teman Iblis yang kesepuluh, adalah man yuthiilu al-amal (panjang angan-angan). Enggan berbuat, namun selalu menginginkan sesuatu. Dia hanya bisa berandai-andai, tapi tak pernah melakukan hal itu. Wallahu a’lam.
Setelah kita tahu 10 Teman Iblis Nanti di Neraka dari hadist nabi diatas maka semestinya kita lebih berhati hati dalam berbuat dan dapat menjalankan semua pekerjaan dengan amanah dan jujur.
Diambil dari khasanah.republika.co.id
Posted by ashidqy hayun on 11.07 in , | No comments
Diriwayatkan pada saat itu Rasulullah baru tiba dari Tabuk, peperangan dengan bangsa Romawi yang
kerap menebar ancaman pada kaum muslimin. Banyak sahabat yang ikut beserta Nabi dalam peperangan ini. Tidak ada yang tertinggal kecuali orang-orang yang berhalangan dan ada uzur.
Saat mendekati kota Madinah, di salah satu sudut jalan, Rasulullah berjumpa dengan seorang tukang batu. Ketika itu Rasulullah melihat tangan buruh tukang batu tersebut melepuh, kulitnya merah kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari.
membangun rumah dengan biaya sangat murah
Sang manusia Agung itupun bertanya, “Kenapa tanganmu kasar sekali?”
Si tukang batu menjawab, “Ya Rasulullah, pekerjaan saya ini membelah batu setiap hari, dan belahan batu itu saya jual ke pasar, lalu hasilnya saya gunakan untuk memberi nafkah keluarga saya, karena itulah tangan saya kasar.”
Rasulullah adalah manusia paling mulia, tetapi orang yang paling mulia tersebut begitu melihat tangan si tukang batu yang kasar karena mencari nafkah yang halal, Rasul pun menggenggam tangan itu, dan menciumnya seraya bersabda,
“Hadzihi yadun la tamatsaha narun abada”, ‘inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya’.
* Rasulullahl tidak pernah mencium tangan para Pemimpin Quraisy, tangan para Pemimpin Khabilah, Raja atau siapapun. Sejarah mencatat hanya putrinya Fatimah Az Zahra dan tukang batu itulah yang pernah dicium oleh Rasulullah. Padahal tangan tukang batu yang dicium oleh Rasulullah justru tangan yang telapaknya melepuh dan kasar, kapalan, karena membelah batu dan karena kerja keras.
Suatu ketika seorang laki-laki melintas di hadapan Rasulullah. Orang itu di kenal sebagai pekerja yang giat dan tangkas. Para sahabat kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, andai bekerja seperti dilakukan orang itu dapat digolongkan jihad di jalan Allah (Fi sabilillah), maka alangkah baiknya.” Mendengar itu Rasul pun menjawab, “Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu fi sabilillah.” (HR Thabrani)
* Orang-orang yang pasif dan malas bekerja, sesungguhnya tidak menyadari bahwa mereka telah kehilangan sebagian dari harga dirinya, yang lebih jauh mengakibatkan kehidupannya menjadi mundur. Rasulullah amat prihatin terhadap para pemalas.
”Maka apabila telah dilaksanakan shalat, bertebaranlah kam di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (QS. Al-Jumu’ah 10)
”Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi ini”. (QS Nuh19-20)
* ”Siapa saja pada malam hari bersusah payah dalam mencari rejeki yang halal, malam itu ia diampuni”. (HR. Ibnu Asakir dari Anas)
”Siapa saja pada sore hari bersusah payah dalam bekerja, maka sore itu ia diampuni”. (HR. Thabrani dan lbnu Abbas)
”Tidak ada yang lebih baik bagi seseorang yang makan sesuatu makanan, selain makanan dari hasil usahanya. Dan sesungguhnya Nabiyullah Daud, selalu makan dan hasil usahanya”. (HR. Bukhari)
”Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”. Maka para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dapat menghapusnya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Bersusah payah dalam mencari nafkah.” (HR. Bukhari)
”Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, maka sama dengan pejuang dijaIan Allah ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad)
Demikian lah sebagan kecil tentang kisah teladan islami agar kita semakin tahu dan semakin giat dalam mencari rizki allah yang halal dan berkah.


Sumber : duniaislam.org

Search Our Site