Sambil siap-siap ngantor pagi tadi, dari televisi di ruang tengah
sayup-sayup terdengar berita infotainment. Isinya ya tentang berita para artis
dan selebritis itu. Tumben pikir saya. Biasanya jam-jam pagi seperti ini acara
di televisi sudah dibooking sama si Wildan, kalo tidak cerita Upin Ipin ya si
Spon kotak yang berwarna kuning itu. Tapi ini kok infotainment? Brarti Mamanya
Wildan yang ndak mau ngalah pasti…. Hmmm….
Yang paling hangat saya dengar tadi adalah artis yang kembali masuk
bui. Ada juga berita tentang artis yang kepergok lagi menggunakan narkoba..
helleh…
Denger yang seperti itu, jadi inget berita-berita di Koran-koran local,
berita-berita kriminal. Biasanya kalo orang yang berkali-kali tersandung
masalah hokum, berkali-kali masuk penjara, lantas aka nada sebutan residivis. Lha
terus kalau macam artis seperti ini, apa korang dan tabloid juga akan menulis
mereka sebagai seorang residivis? Rasanya nggak mungkin akan seperti itu.
Bukan hanya para artis itu saja. Pasti semua juga tahu, bagaimana
tingkah polah para koruptor atau ya katankan saja para tersangka koruptor di
negeri ini. Orang yang notabene adalah pejabat publik ( beda tipis sama figure publik
kayaknya… ) toh tingkah mereka sama saja kan. Para koruptor tadi tetap sama
senyam-senyum ketika digiring oleh aparat. Para artis tadi juga sama,
senyam-senyum malah ada yang bikin konferensi pers.
Atau barangkali ada yang masih ingat ( kalo lupa kebangetan juga sih
), skandal video mesum baik artis atau pejabat tadi. Bagaimana tingkah polah
mereka? Bagaimana dengan sikap masyarakat mensikapinya? Dimaafkan, dibiarkan,
ditonton, atau yang lain?
Kalau di kampung saya mah ( ketahuan nih kalo tinggalnya di kampung..
hehehe… ) seandainya terjadi hal-hal seperti itu, si pelaku bisa dipastikan
akan bertahun-tahun tidak diketahui rimbanya ( dulu sih… hehehe… )
Pernah seorang teman yang juga berprofesi sebagai Guru nyelutuk
tentang kasus-kasus seperti ini, “Ya mau bagaimana lagi, wong bangsa kita
sekarang ndak diajari masalah moral lagi. Buktinya apa PMP ( Pendidikan Moral
Pancasila ) saja dihilangkan. Diganti dengan PKN ( Pendidikan Kewarganegaraan
), ya sudah, nilai-nilai moral bangsa ndak tersampaikan. Yang ada sekarang Cuma
hak dan kewajiban sebagai warga Negara. Ndak peduli mau mesum, mau selingkuh,
mau bagaimana ya terserah. Asal tidak merugikan hak orang lain, tidak merugikan
Negara, kewajiban terpenuhi, ya sah-sah saja…”
( Yang merasa Guru PKN jangan tersinggung lo ya…? )
Apa memang benar celotehan teman saya yang seperti itu?
Ya kalau saya sih hanya bisa ikut prihatin saja. Kalau memang benar
pendapat teman saya tadi, mudah-mudahan sistem segera bisa memperbaiki. Atau kalau
tidak benar, sikap dan kepedulian kita sebagai masyarakat sepertinya harus
kembali direvisi.
Sebagai penutup, ada salah satu kata bijak yang tiba-tiba muncul di
pikiran saya, “JAMAN MEMANG TAK BISA
DILAWAN, TAPI KEYAKINAN HARUS DIPERJUANGKAN”. Buah pikirnya Chairil Anwar
Kalau tidak salah. Maklum, lupa-lupa ingat…