Aku, dan apa yang ada di sekitarku...
  • This is Sarimind's Blog

    Bertempurlah, Bertarunglah dalam kenyataan, Meski kau tahu akan ada kekalahan, Yakinlah; darahmu takkan sia-sia..... ( gola gong )

  • This is Sarimind's Blog

    Wahai hati, Bersabarlah dalam menanti. Yakinlah janji-Nya adalah pasti, Pada akhirnya kebahagiaanlah yang kelak kan diraih. Wahai jiwa, Tenanglah dalam lara, Percayalah bahwa janji-Nya adalah nyata. Jangan pernah ragu dengan kehendak-Nya...

  • This is Sarimind's Blog

    Take a time to THINK, it's the source of power. Take a time to READ, it's the foundation of wisdom. Take a time to QUIET, it's the oportunity to seek God. Take time to DREAM, it's the future made of. Take time to PRAY, it's the greatest power on earth.

Sabtu, 31 Maret 2018

Posted by ashidqy hayun on 10.12 in , | No comments
Bapak/Ibu guru PAI se-Jawa Tengah yang kami hormati, berikut kami sampaikan panduan teknis bagi pelaksanaan lomba mata pelajaran dan seni islami ( MAPSI ) tahun 2018 yang inshaallah akan kita laksanakan besok di Kabupaten Jepara. Semoga panduan teknis MAPSI 2018 ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan bisa bermanfaat sebagai bahan untuk mempersiapkan anak didik kita dalam mengikuti perlombaan MAPSI tersebut.


silahkan download di link di bawah ini

link : Panduan Teknis MAPSI 2019
Posted by ashidqy hayun on 09.58 in | No comments
Perkenalkan, aku Indah. Lulusan terbaik Universitas Negeri Jakarta.
Kapan aku duduk di bangku SD? Pada masa teknologi masih Radio dengan antena, dan Televisi masih hitam putih dikeroyok semut.
Aku korban kekerasan guru sejak kelas tiga SD. Masih segar di ingatan, wali kelasku, Pak Yunus, berteriak marah, “hey, kamu! Maju ke depan kelas!” Dengan wajah menantang aku berdiri, menghampiri beliau.
“Selesaikan soal ini!” Lelaki empat puluh tahun itu memukul papan tulis dengan penggaris kayu. “Salah sedikit saja, habis kamu!” Aku dengan yakin mengerjakan soal matematika yang ia berikan.
“Sudah, Pak.” Aku berseru dengan sombong. Yakin kalau jawabanku pasti benar.
Tapi ….
Plak …! Penggaris dengan panjang satu meter itu mendarat di tubuh bagian belakangku. “Kamu perempuan, tapi bengal minta ampun! Duduk!” Aku kembali ke kursi sambil mengusap bagian yang sakit.
.
Di lain kesempatan, saat aku kelas lima, aku di panggil wali kelas dua, guru wanita yang terkenal killer, kejam dan suka menghukum. Namanya Bu Hernita. Matanya menakutkan, selalu membawa rotan di tangannya.
“Indah, kamu tadi memukul siswa kelas dua. Betul?” Aku biasanya selalu berani menghadapi guru, tapi hari itu, aku tertunduk takut. “Jawab…!” Wanita itu berteriak sambil memukul meja.
Aku benar-benar mati gaya waktu itu. Darah premanku menghilang. Padahal aku sudah sering dipanggil guru, tapi selalu selamat dari guru satu ini. Tapi kali ini, sepertinya adalah hari sialku.
“Kemari…!” Tanganku di tarik mendekat, “kepalkan tanganmu!” Aku menuruti, dan tiga puluh pukulan mendarat di kepalan tangan kecilku. Menangis? Ya, aku menangis, tentu saja, kalian boleh mencobanya, kalau tidak percaya, rasanya sakit!
“Aku akan laporkan pada ayahku!” Aku menangis dan berteriak, mengambil tas di kelas dan berlari pulang.
Tiba di rumah, aku menceritakan semuanya dengan jujur. Apa tanggapan ayahku? Dia menggandeng tanganku, dan kembali ke sekolah. Aku tersenyum penuh kemenangan.
“Rasakan ….” kataku dalam hati.
Tapi … tiba di sekolah, Ayah menghampiri Bu Hernita, dan berkata, “hukum dia lebih keras lagi, Bu, karena dia tidak sadar apa kesalahannya.” Ayah meraih penggaris dan memukul tanganku berulang kali. Dan Bu Hernita menghentikan tindakan Ayah. “Di sekolah, hanya kami yang boleh menghukum. Bapak boleh pulang…!” tegas Bu Hernita.
Setelah Ayah pulang, Bu Hernita membawaku ke lapangan. Mengumpulkan semua siswa.
“Dengar semuanya! Mulai hari ini, Ibu tidak mau ada yang berteman dengan Indah … kalau ada yang berteman, akan Ibu hukum! Faham?” Tatapan Bu Hernita beralih padaku, “dan kamu, kalau masih bersikap seperti ini. Ibu akan keluarkan kamu dari sekolah!” Kemudian beliau berlalu begitu saja.
Terhitung sejak hari itu, aku tidak memiliki satu orang teman pun. Semua teman menjauh setiap kali aku mendekat.
Aku sudah kelas lima menuju kelas enam waktu itu, usiaku bukan balita lagi. Aku sudah remaja, seharusnya sikapku tak seburuk itu.
Sampai pada puncak yang membuat aku terpukul lebih keras dari pukulan Bu Hernita, sore itu sepulang sekolah aku di panggil kepala sekolah. Saat aku masuk, ada Bu Hernita di sana.
“Indah, nilai kamu sejak kelas satu tidak buruk. Kelas satu sampai kelas dua, kamu selalu juara umum. Apa kamu tidak bertanya-tanya, kenapa di kelas tiga sampai kelas lima kamu tidak juara?” Kepala sekolah ku bernama Pak Sudirman, orangnya sangat lembut. Berbicara dengan penuh kasih sayang, “nilai kamu masih tinggi. Bahkan lebih tinggi dari peraih juara umum kita. Tapi perilaku kamu ini, yang membuat nilai angka rapormu tidak ada gunanya.”
Aku tertunduk, Bu Hernita mengusap kepalaku. “Kemari, dengarkan Ibu.” Jujur baru sekali itu aku melihat Bu Hernita selembut kapas berbicara padaku.
“Kamu tahu, Ndah? Apa yang paling berguna? Bukan angka-angka di rapor itu. Melainkan … ini.” Tangan beliau menyentuh dadaku. Aku sudah remaja waktu itu, dan sudah sangat memahami maksud beliau. Bagaimana rasanya? Malu! Ingin menangis, tapi tidak bisa. Jadinya? Sesak di dada!
“Begini, apa Ndah mau berubah? Karena kalau Ndah seperti ini terus, sekolah tidak akan meluluskan.” Aku melihat ke arah Bu Hernita, aku tahu beliau serius.
“Mau berubah?” Bisik beliau pelan. Aku mengangguk. Pelan.
“Ndah janji, Ndah berubah, Bu. Ndah janji gak nakal lagi!”
😊😊😊
Sejak hari itu, aku adalah Indah yang baru. Aku terlahir menjadi pribadi yang berbeda. Dan benar saja, saat kelas enam, aku kembali meraih juara umum.
Aku lulus tes dengan nilai terbaik di SMP favorit. Juga masuk dan lulus SMA dengan nilai yang masih sangat memukau, hingga aku berhasil meraih beasiswa sampai menyelesaikan S1.
Ketika lulis SMA, aku berkunjung kerumah Bu Hernita, menanyakan satu hal yang dulu tidak berani aku tanyakan.
“Kenapa di rapor, meski aku tidak juara, nilaiku masih di tulis dengan jujur?”
Beliau menjawab, “karena itu nilai kamu. Kami tidak berhak mempermainkannya.”
Bertanya-tanya apa saja kenakalanku? Banyak teman-teman. Aku memukul adik dan kakak kelas, padahal mereka tidak sengaja menginjak kakiku waktu antri beli makan di kantin. Aku membuang buku PR teman sekelas yang sering mengangguku, terlebih aku ini perempuan. Dan masih banyak lagi kenakalanku yang lain, sejak kapan? Sejak aku kelas tiga. Luar biasa bukan? Ya, aku anak nakal yang selalu di pukul oleh guru, nyaris setiap hari.
Akulah Indah, korban kekerasan guru, yang berhasil meraih gelar sarjana dengan masa kuliah tiga tahun.
Akulah Indah, korban kekerasan guru, yang setiap hari memiliki luka di bagian jari.
Apakah kedua orang tuaku melaporkan mereka? Ooh tidak! Orang tuaku tahu, bagaimana sifat dan sikapku. Itulah kenapa mereka akan tambah memarahiku, setiap kali aku terkena hukuman.
Akulah Indah, korban kekerasan guru, yang sangat berterimakasih pada rotan dan penggaris kayu itu.
Namaku, Indah. Aku bahagia guruku pernah memukul saat aku nakal.
Terimakasih, Bu Hernita, rotan itu bukan hanya melukai tanganku. Tapi juga berhasil memukul keras batu yang ada di hatiku.
Beliau selalu memanggilku “Ndah” kalau aku sedang tidak bermasalah. Tapi saat aku berbuat salah, beliau akan menyebut namaku “Indah!” Dengan sangat keras.
Aku memakai nama ‘Ndah’ karena aku berterimakasih pada beliau.
😊😊😊
Bu, Pak, tahukah anda?
Hanya anda yang tahu karakter anak-anak anda. Bagaimana bisa anda lepaskan tanggung jawab kepada gurunya di sekolah? Tapi anda menahan hak didik bagi mereka atas anak anda.
Bu, Pak, pikirkanlah, apakah mungkin seorang guru tiba-tiba memukul siswanya tanpa kesalahan?
Bu, Pak, mereka menggunakan tangan untuk menjewer. Tapi mereka menghabiskan setengah hidupnya untuk keberhasilan anak anda.
Saat anak anda menjadi dokter, anda berkata dengan bangga, “ini anakku, menjadi dokter karena kerja kerasku!”
Bu, Pak, pernahkah saat anak anda pintar membaca, lantas anda berterimakasih, pada gurunya?
Saat anak anda pandai menghitung, pernahkah berpikir untuk mendoakan gurunya?
Bu, Pak, kalian mengirim mereka ke sekolah, karena kalian tahu, mereka butuh seorang guru. Lantas, mengapa saat anak anda mendapat secuil cubitan, jeweran, lantas anda melaporkan gurunya ke polisi? Memenjarakan gurunya begitu saja.
Bu, Pak, anda tahu karakter anak anda. Pikirkanlah kenapa mereka di jewer, di cubit. Karena gurunya menyayangi mereka, memperlakukan mereka seperti anak sendiri.
Bu, Pak, aku bukan guru, tapi aku adalah korban kekerasan guru, dan aku bangga guruku bersikap keras terhadapku. Karena kalau tidak, maka aku tidak akan seperti sekarang.
Bu, Pak, tidak perlu membawa bingkisan untuk gurunya. Cukup hargai mereka, tundukkan kepala dan ingat bagaimana peranannya untuk masa depan putra dan putri anda.
Mereka guru, dengan tulus mendidik, tapi di rumah, anda memberi anak-anak dengan gadget, dan tontonan televisi yang tak bermoral. Lalu, anda menyalahkan guru ketika anak anda berperangai buruk.
Kilau emas yang anda pakai itu, adalah hasil kerja keras penambang yang digaji tak seberapa.
Begitulah kerasnya kerja seorang pembentuk, seperti guru.


#copas dari facebook

Senin, 05 Maret 2018

Posted by ashidqy hayun on 10.02 in , , | No comments
Berhubung sudah limit time buat pajak + pergantian plat nomor + rencana saya sekalian mau balik nama, maka hari ini cusss kota susu, Boyolali. Agak males juga sebenarnya. Karena terus terang lumayan jauh juga dari rumah. Di Google Maps tertera kalau Samsat Boyolali sekitar 22 kilometer, tapi saya yakin realnya pasti lebih jauh dari itu. Ya you know sendiri lah…. Dan lagi, terus terang saya agak kurang mengenal daerah Boyolali. Kalo Karanganyar jelas itu daerah tempat tinggal saya, Wonogiri dan Sukoharjo seringlah main-main ke rumah teman ke sana. Kalo daerah Sragen, ada catatan tentang mantan di sini ~hehehehehe….
Jadi, dengan berbagai alasan yang ujungnya punya kesimpulan ‘males’ tadi, sempat terpikir untuk pake jasa calo saja, lebih praktis sepertinya. Kita tinggal tunggu di rumah segala urusan beres.
Tetapi saya pikir lagi mungkin ada baiknya saya urus saja sendiri. Sekalian dolan-dolan, sekalian juga ijin dari tempat kerja, idep idep liburanlah.
Maka, saya siapkanlah syarat-syarat balik nama kendaraan. Tanya-tanya mbah Google, syaratnya Cuma KTP asli ( untuk yang mau dibalik namakan )+Fotocopy, STNK asli+Fotocopy, BPKB asli+fotocopy ditambah kwitansi jual beli bermaterai Rp. 6000,-.  
Berhubung saya bukan penduduk Boyolali, saya pinjamlah KTP kakak ipar STNK dan BPKB tinggal ambil di lemari. Lha untuk kwitansi, saya sih pede saja ndak bawa… hehehehe…
Oke, semua siap, saya tinggal jalan. Dan benar dugaan saya jangan terlalu mengandalkan Maps dari google tetep harus tanya orang di tepi jalan juga ternyata.
Samsat Boyolali
Singkat kata sampai juga di Samsat Boyolali dengan selamat. Tanya ke pak Satpam yang duduk di bagian informasi. Oleh beliau diarahkan untuk fotocopy dulu. Karena tidak ada kwitansi pembelian kendaraan, oleh mas mas yang fotocopy dibantulah untuk membuat kwitansi, oke fix. Habis itu langsung saja ke loket pendaftaran, di sini berkas berkas kita tadi akan di cek. Dari loket pendaftaran saya diarahkan ke loket 2, posisinya ada di dalam gedung. Berkas yang dari loket pendaftran tadi tinggal diantrikan dan kita duduk manis saja menunggu panggilan. Sesudah dari loket 2 kita ke bagian gesek no rangka dan no mesin dulu, cepet juga petugas geseknya. Sesudah itu masuk gedung lagi, berkas dimasukkan ke bagian mutasi. Sampai di sini bisa kita anggap bereslah urusan balik nama di STNK.
~Oh ya, sebagai catatan bagi anda yang tidak membawa uang tunai, sebaiknya sebelum masuk area samsat sempatkan dulu mampir ke ATM untuk ambil uang ya. Ini pengalaman saya, saya kira di area samsat akan ada Anjungan Tunai, ternyata di Samsat Boyolali tidak tersedia. ATM terdekat jaraknya sekitar beberapa kilometer, jadi saya terpaksa keluar dulu, untuk proses tarik tunai buat pembayaran biaya balik nama. ~
Oke balik lagi ke proses. Sesudah balik nama STNK selesai kita tinggal ke bagian pembuatan nomor plat baru di bagian belakang gedung, dan dalam 10 menitan dah beres. Urusan di samsat selesai.
Setelah urusan balik nama di Samsat Boyolali selesai, sekarang kita jalan lagi ke Satlantas Boyolali untuk mengganti nama BPKB. Berkasnya apa saja saya kurang tahu, sudah di fotocopy sekalian sama mas yang jaga. Jadi saran saya, lebih baik fotocopynya di samsat sekalian saja, nanti berkas sudah beres di tata sama yang jaga fotocopy pokoknya.
Sampai di Satlantas Boyolali, langsung saja masuk bagian BPKB, dari arah pintu masuk ke kanan. Sama mas yang bagian pendaftaran diminta bayar dulu ke Bank BRI ( ada di sebelah kiri pintu masuk ), dan sesudah itu beres. Tinggal nunggu proses BPKB dengan nama baru selesai. Sekitar tiga bulanan prosesnya.
Dari seluruh proses baik di Samsat sampai Satlantas Boyolali, kalau saya hitung, paling waktu yang terpakai untuk seluruh proses kurang dari 2 jam. Itupun saya sudah bolak-balik nyari ATM karena tidak membawa dana tunai untuk membayar administrasi di samsat. Jadi, kalo ada urusan dengan pajak kendaraan, urus saja sendiri, saya jamin tidak ribet, dan tidak perlu lagi pakai calo… CMIIW

Search Our Site