Bukan PHP, hanya ingin bercerita saja **hehe**
Hari ini minggu 22 maret 2015, tanggal tua sih
sebenarnya. Terlebih buat seorang PNS macam saya ( cie cie cie… curhat niehh… hehehe… maklum pengin bisnis sampingan masih
bingung. Kemarin sempat gabung sama salah satu MLM dalam negeri. Produknya sih
bagus, karena saya juga sempat nyoba. Tapi belakangan mandeg setelah di
awal-awal lumayan ngomset juga sebenarnya. Cuma lagi males saja bikin
penawaran, maklum lagi banyak kerjaan yang numpuk di kantor --- kalo ini sih
kata senior adalah alasan bagi orang yang ndak mau maju – hehehe… oke lanjut
lagi dah… ) yang hanya mengandalkan gaji bulanan yang tiada seberapa itu.
Yang sudah kena potong cicilan Bank karena kemarin ngotot buat beli kaplingan
tanah ( kalo ini sih harus kayaknya) karena saya dan istri memang mimpi banget
buat punya rumah sendiri, bukannya jadi kontraktor terus.
Tapi yang namanya jalan-jalan nyari hiburan – yang
murmer lho ya – tanpa perlu keluar banya biaya tapi bisa merefresh pikiran
tetep harus dilakukan. Dan pilihannya minggu ini lain tidak – sekali lagi –
Solo Car Free Day.
Kenapa Solo CFD lagi? Alas an pertama ya seperti yang
di atas tadi, murmer, menghibur, santai, banyak hiburan, dll, dll, dll…
Lagi jalan-jalan santai dengan Istri dan anak
tercinta di Slamet Riyadi yang biasanya super ramai dengan mobil itu, mata ini
tiba-tiba tertumbuk pada salah satu banner di tepian jalan.
“RUMAH BARU SIAP HUNI DP HANYA Rp. 600.000,-“
Coba bayangkan, anda saja lo ya, yang keluarga muda
macam saya, yang mungkin baru punya anak satu atau dua, melihat promo yang
semacam itu pasti hati ini terlentik. Secara yang namanya rumah punya sendiri
itu adalah sesuatu yang sangat diidam-idamkan. Betul tidak?! Kenapa saya yakin
dengan hal seperti ini, yak arena yang mendekat ke sekitar banner itu ya
orang-orang macam yang saya sebutkan tadi, macam saya, atau mungkin juga macam
anda. Yang jelas keluarga muda.
Saya pun otomatis tertarik lah. Pengen mendekat juga.
Nanya-nanya sama Mbak atau Mas yang pegang banya brosur di dekatnya. Tapi
apalah daya, si Wildan, anak saya yang cakep, pinter, dan selalu pengen tahu
itu, malah narik saya ke arah komunitas yang sedang ngumpul di timur banner
tersebut. Si anak kecil itu jauh lebih tertarik dengan sugar glider dan ular
phyton yang mejeng di sana.
Hanya istri saya saja yang akhirnya mendekat ke
tempat Mas dan Mbak yang nungguin banner rumah tadi. Sekilas saya lihat si Mas
dan Mbak-nya memang terlihat sibuk melayani pertanyaan banyak orang. Seperti
yang saya katakana tadi, banyak yang tertarik soalnya.
Beberapa menit terlibat tanya jawab, sekitar sepuluh
menit atau seperempat jam barangkali, istri saya keluar dari kerumunan kecil
itu. Ada berlembar-lembar brosur di tangannya. Ada sedikit senyum yang
tertinggal di sudut bibirnya… cie cie cie….
“Sama saja kok, Bi. Tetep saja harus depe…” katanya.
“La kan memang harus depe?” jawab saya setengah
bertanya.
“PHP saja itu. Ra
ono seng jenenge depe nem atus ewu. Tetes saja depenya belasan juta ke
sana…”
Woallah…. Cuma penarik perhatian saja to ternyata….
Beberapa brosur diserahkan ke saya, “Mang tingali
piyambak, Bi…”
Sambil duduk-duduk di tepian Slamet Riyadi, sambil
menggoda si Wildan yang asik makan kue dorayaki, saya baca-baca sekilas brosur
yang di bawa Umminya Wildan tadi. Hmmm, sama saja ternyata… mungkin, ini hanya
mungkin lho ya, berkaca dari diri kami sendiri, mungkin untuk membayar cicilan
sebuah rumah idaman bukanlah hal yang sulit bagi sebagikan kita. Mau itu
700.000an atau terkadang adan yang sampai 2jutaan, barangkali masih banyak yang
mampu. Tetapi ketika ini sudah dikaitkan dengan uang muka, bagi sebuah keluarga
kecil seperti kami, akan banyak yang mencoba berpikir ulang.
Saya taruh brosur-brosur itu di aspal Slamet Riyadi,
iseng saya ambil gambarnya. Istri saya tersenyum melihat itu.
“Bi….”, ujarnya.
“Apa, Mi?”
“Nanti saja tanah yang kemarin itu kita bangun saja.
Modal separuh dari rumah itu kita sudah dapat yang jauh lebih luas…”
Saya pandangi wajah kekasih hati itu, senyumnya
semakin lebar…
“Tetapi tidak sekarang tentunya…” dia kembali
menyambung…
“Ayo jalan lagi, Bi. Dorayaki si Wildan sudah habis
juga itu…”
Oke, tidak masalah mau punya rumah saat ini atau baru
beberapa tahun ke depan. Tetapi yang jelas, selalu akan ada jalan untuk mewujudkan
impian. Tetap ‘SEMANGAT PAGIIII…!!!
Pokoknya…
Hmmm….lantas kesimpulannya apa? Kesimpulannya adalah;
“Rumah murah, ternyata tidak benar-benar seluruhnya murah… hehehe….”
0 komentar:
Posting Komentar