Aku, dan apa yang ada di sekitarku...

Selasa, 28 April 2015

Senin, 21 April kemarin terasa sekali ada sesuatu yang berbeda. Salon-salon rias di sepanjang jalan dari rumah sampai ke tempat kerja terlihat penuh. Terlihat dari banyaknya sepeda motor yang ruah di tempat parkiran.  Ya dimaklumi saja, 21 April adalah hari kartini. Para Ibu, wanita pekerja, pelajar putri, anak-anak SD juga TK antusias sekali ketika perayaan hari kartini ini. Setahun sekali, seolah ada lomba fashion show di tempat-tempat kerja. Tak terkecuali juga di tempat kerja saya. Beberapa teman bahkan cerita kalau sudah antre di salon sejak sehabis subuh. Seorang Bapak juga mengatakan sejak habis subuh sampai jam 7.30 dia sudah ngantre di salon karena nganter anaknya yang masih TK. “Lo, kok ndak didandani Ibunya saja, Pak?”, tanya saya. “Ibunya juga ikut nyalon ogh…” Jawabnya… J
BTW, bukan masalah sebenarnya kalau menurut saya, mau dandan sheboh apa, mau cuma tampil sederhana dan bersahaja, yang penting semangatnya. Semangat Kartini, semangat emansipasi…
Singkat cerita, demikian juga yang ada di tempat kerja saya. Para Bapak dan Ibu di wajibkan memakai pakaian adat. Si Bapak musti pakai beskap ( sumuk poll rasanya… ) para Ibunya wajib berkebaya. Demikian juga dengan para siswanya. Yang putri berkebaya, yang putra pakai batik. Kegiatan hari itu dimulai dengan upacara bendera, selanjutnya lomba-lomba, tujuannya refreshing menyenangkan siswa. Yups, cuma itu. Tidak ada acara yang macem-macem, apalagi semacam bikini party yang bikin heboh itu… hehehe…
Tapi bukan itu inti tulisan ini.
Singkat cerita segala kegiatan sudah selesai. Pulang kerumah saya jalankan motor dengan lebih pelan dari biasanya. Mumpung pulang lebih awal, jadi bisa lebih santai.
Pas pulang, di tengah macetnya jalanan karena proyek fly over Palur dari sebelah kiri tiba-tiba sebuah Yamaha vixion ( maaf, saya sebut merk ) yang mendahului… dan… woowww…. Yang duduk jadi boncengernya itu lho yang bikin mata enggan untuk berkedip. Sepasang paha yang hanya berbungkus celana minim nyaris sampai pangkalnya terpampang di depan mata. Belum lagi bajunya yang tipis terlihat menerawangkan apa yang terbungkus di dalamnya
Jujur, sebagai lelaki normal tidak memungkiri kalau saya menikmatinya meski sejenak… ( x_x )
Namun, beberapa detik kemudian terlintas hal yang berbeda dalam pikiran saya, cuaca di Solo Raya akhir-akhir ini memang membuat gerah, sangat gerah malahan. Terik di siang hari serta hujan pada malamnya benar-benar membuat tingkat kelembaban terasa sekali. Tetapi apa memang separah itu? Yang bahkan sampai di tengah cuaca yang saat itu terik ada yang saking gerahnya nyaris tidak berbusana keluar dari rumah. Masyaallah….
Sambil tetap menjalankan motor di belakang mereka ( maaf, bukan niat. Ini murni semata terpaksa karena situasi lalu lintas yang padat merayap… ) coba saya amati yang duduk memegang stang. Cowok tulen sepertinya, bercelana panjang dan berjaket lengkap. Tetapi kenapa dia membiarkan pasangannya ( bisa jadi pacar atau istrinya mungkin ) terekspos dan dinikmati mata nakal para lelaki ( termasuk saya… x_x ).
Selepas macet, selewat jembatan Bengawan Solo, beberapa pemandangan yang tak sama namun serupa beberapa kali juga terlihat. Sebagaian besar mengekspos tubuh dengan pakaian minim, namun ada juga perempuan berjilbab yang justru belahan ( maaf ) pantatnya terlihat… Masyaallah….
Ah, para perempuan itu, tidakkah terbersit sedikit saja rasa takut di dalam hati mereka tentang akhirat. Kenapa? Bukankah Rasulullah pernah bersabda, bahwa perempuan-perempuan yang berlaku seperti itu bahkan tidak halal baginya untuk mencium bau surga. Padahal bau surga dalam sebuah riwayat sudah akan tercium dalam jarak 40 tahun perjalanan. Malah ada satu riwayat lagi yang mengatakan 70 tahun perjalanan. Bayangkan, betapa jauhnya mereka-mereka , para perempuan yang mengekpos anggota tubuhnya tersebut dari nikmatnya surga. Bahkan mencium baunya sekalipun tiada diijinkan oleh Allah.
Itu kalau hanya berkenaan dengan diri mereka sendiri. Namun, ternyata ada rentetan dosa tidak hanya berhenti sampai pada si perempuan itu saja. Masih ada sang Ayah, jika si perempuan masih belum menikah yang akan ikut terseret-seret dengan dosa. Si Suami, bila perempuan tadi sudah menikah. Saudara lelaki si perempuan, apabila sang ayah telah meninggal dunia, dan bahkan anak lelaki dari perempuan tersebut juga ikut terseret-seret dalam dosa…. Nauzubillah…..
Inilah yang terkadang menjadi ironi, ada kata emansipasi yang didengungkan dengan kuatnya memakai ikon sang Ibu Kita Kartini. Namun layaknya sebuah penafsiran, terkadang ( seringkali malahan ) kata emansipasi malah melenceng jauh dari cita-cita mulia sang Ibu. Naïf rasanya, ketika wujud emansipasi tersebut kemudian menjadi alasan untuk bisa berekspresi sebebas-bebasnya tanpa peduli apapun, tanpa peduli apa dan siapa, tanpa peduli syariat agama.
Barusan seorang teman menulis di akun facebooknya, “Kartini yang dimaksudkan oleh R.A. Kartini adalah taat kepada suaminya, memberikan susu eksklusif untuk anaknya, bersahaja pakaiannya, cerdas berpikirnya, pandai mendidik anak-anaknya, pintar menciptakan suasana bahagia dalam rumah tangga, hormat pada orang tua, menjaga marwah keluarga,peduli pada sesama, mengabdi untuk bangsa, memegang syariat agama, MAU MENULIS… #disarikan dari habis gelap terbitlah terang dan surat-surat Kartini”
Pas sekali rasanya tulisan teman yang satu ini. Emansipasi yang dimaksud bukanlah sesuatu yang tanpa batasan. Masih ada beberapa kewajiban, meski tidak juga melupakan hak-hak yang melekat pada seorang perempuan. Masih ada tuntunan  syariat yang mesti diikuti.
Karena itu para kartini bangsaku, jangan pernah lagi berkata, “Tubuh-tubuh gue, pakaian-pakaian gue, terserah mau gue apain, emang masalah buwat loh…!”
Tolong kasihani kami para Ayah, Suami, Saudara laki-laki atau nakan laki-laki-mu. Tolong ikuti syariat agama-mu, tolong tutup aurat-mu…
Karena Kartini yang sejati tidak akan membiarkan dirinya dinilai hanya sebatas fisik semata. Kartini sejati adalah dia yang berfikir dan bertindak dengan penuh pertimbangan matang, pun juga dia peduli pada sesamanya. Dan Kartini sejati akan senantiasa menjaga kehormatannya, dan kehormatan orang-orang disekitarnya…
#habis gelap terbitlah terang
#semoga makin jaya bangsaku
Ammiiiiiin…………………

0 komentar:

Posting Komentar

Search Our Site